Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Korban Meninggal Terseret Banjir Lahar

Kompas.com - 05/02/2011, 04:12 WIB

Magelang, Kompas - Seorang laki-laki ditemukan tewas terseret banjir lahar dingin di sekitar alur Kali Krasak, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (4/2) sore. Ini adalah korban meninggal dunia kedua akibat banjir lahar dingin di Kabupaten Magelang.

Suharno, warga Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, korban sebelumnya diketahui hanyut terbawa banjir Kali Bebeng, dan terbawa hingga Kali Krasak. ”Kami menduga, korban adalah salah satu penambang pasir di sekitar Kali Bebeng yang tidak dapat menyelamatkan diri,” kata Suharso di Kaliurang, Jumat.

Sebelumnya, banjir lahar dingin Kali Putih juga telah menelan korban Sumiati (66), warga Dusun Jetis, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, pertengahan Januari silam. Korban tersebut juga bukan merupakan warga Kecamatan Srumbung. Pria itu menderita luka-luka di wajah dan kepala, serta ditemukan dalam keadaan tanpa busana.

Menurut Suharno, sejak banjir lahar dingin kerap terjadi, banyak orang menambang pasir secara manual di alur-alur sungai termasuk di Kali Bebeng. Kemarin, sekitar pukul 14.30 WIB, banjir lahar dingin dari puncak Gunung Merapi telah sampai di Dusun Ngepos, Kecamatan Srumbung. Sekitar 15 menit kemudian, banjir di Kali Putih meluap hingga ke jalan raya Magelang-Yogyakarta.

Berbeda dari biasanya, banjir kali ini terpecah di dua titik, yaitu di Dusun Prebutan, Desa Gulon, Kecamatan Salam, dan Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Di setiap titik, luapan material meluber sepanjang 50 meter dengan ketebalan material pasir dan batu-batu kecil antara 0,5 meter dan satu meter.

Banjir baru surut sekitar pukul 16.30 WIB. Pembersihan material di jalan dilakukan dengan melibatkan lima alat berat.

Banjir ini membuat jalan Magelang-Yogyakarta kembali ditutup untuk 11 kalinya. Hingga Jumat malam, jalan belum juga dibuka karena pembersihan belum selesai.

Pejabat Pembuat Komitmen Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Budi Sudirman mengatakan, banjir lahar dingin yang terjadi kemarin tidak berdampak apa-apa pada lima beton pancang yang telah dipasang. Penanaman beton juga masih akan tetap dilanjutkan, dengan target pemasangan lima hingga enam beton pancang per hari.

Sementara itu, normalisasi Kali Putih tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini karena tingginya intensitas hujan dan masih banyaknya material vulkanik di puncak Gunung Merapi yang berpotensi tinggi turun sebagai banjir lahar dingin.

Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang Utoyo mengatakan, pelaksanaan normalisasi Kali Putih hanya dapat dilakukan pada saat musim kemarau, atau saat material lahar dingin di bagian puncak sudah habis.

”Kami masih menunggu informasi dari pemerintah pusat, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan normalisasi Kali Putih,” ujarnya. Normalisasi yang dimaksud adalah pengembalian alur Kali Putih ke alurnya semula secara permanen, seperti sebelum dibelokkan dan digabung menjadi satu dengan Kali Druju, oleh pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-19.

Pemerintah Kabupaten Magelang juga mempersilakan masyarakat mengajukan izin menambang di 10 alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Kini, pemkab itu telah memberikan izin penambangan untuk 32 kelompok penambang, dan dalam waktu dekat izin disusul untuk 22 kelompok lagi. Satu kelompok terdiri dari 30-40 penambang, dengan luasan maksimal daerah yang ditambang satu hektar.

(SIR/ABK/EGI/EKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com