Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Perikanan Rapuh

Kompas.com - 04/02/2011, 03:55 WIB

KENDARI KOMPAS - Perikanan tangkap ternyata amat rentan terhadap cuaca, seperti yang terjadi di Jember, Jawa Timur; Kupang, Nusa Tenggara Timur; dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Sementara itu, perikanan budidaya masih berkutat persoalan inti, seperti keterbatasan pakan, benih, dan permodalan.

Problematika tersebut terangkum dari aktivitas komunitas nelayan, petani budidaya ikan air tawar, serta pemangku kepentingan lainnya, Kamis (3/2).

Cuaca buruk yang memacu gelombang laut setinggi 2-3 meter memaksa nelayan di Kabupaten Jember, Kupang, dan Kendari urung melaut. Akibatnya, warga kesulitan memperoleh ikan segar untuk kebutuhan rumah tangga. Harga ikan melonjak dan memberatkan warga.

Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kendari, harga baby tuna mencapai 12.000 per kilogram dan cakalang Rp 10.000 per kg. Biasanya, harga kedua jenis ikan tersebut lebih murah Rp 3.000- Rp 4.000 daripada sekarang.

Ny Martha Henuk, ibu rumah tangga di Kupang, mengeluhkan sulitnya mendapatkan ikan segar sejak Januari lalu. Harga ikan kembung yang sebelumnya hanya Rp 10.000 per kg, kini menjadi Rp 20.000 per kg. ”Sudah mahal, kondisinya pun sudah mulai membusuk,” katanya.

Nelayan di Kupang, yang umumnya mengoperasikan perahu berbobot di bawah 20 gross ton (GT), hanya bisa melaut paling jauh 25 mil dari garis pan- tai. Mereka belum berani ma- suk sampai ke laut dalam karena kondisi gelombang laut belum stabil.

Ketua Persekutuan Nelayan Tradisional Bolok, Kupang, Ramli Ola, mengakui, segelintir nelayan tradisional yang berperahu di atas 20 GT juga belum memadai untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Perikanan budidaya

Sementara itu, pendapat ahli perikanan Universitas Bung Hatta, Padang, Prof Hafrijal Syandri, Ketua Asosiasi Pembudidaya dan Pengusaha Catfish Sumatera Barat, Irwandi, dan sejumlah pengusaha ikan lele setempat mengungkapkan, potensi perikanan air tawar di daerah tersebut masih terbelit hal-hal teknis. Misalnya, keterbatasan pakan, minimnya benih unggul, dan kurangnya akses permodalan.

Namun, ide cerdas muncul dari Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur,

yang mencoba mengentaskan rakyat dari kemiskinan melalui program beternak lele. Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Harry Tjahyono menyediakan anggaran Rp 4 miliar untuk 7.124 keluarga miskin.

(KOR/SIR/ENG/MKN/ETA/INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com