Subkhan (37), petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sudah rendah, sekitar Rp 2.800 per kilogram (kg). Akhir Februari nanti, saat panen raya, harga gabah bisa semakin turun.
”Pemerintah juga sebaiknya mengembalikan jatah beras pegawai negeri dari bentuk uang menjadi beras. Beras untuk jatah PNS harus dibeli dari petani di wilayah masing-masing,” kata Subkhan di Brebes, Selasa (1/2).
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes, Masrukhi Bachcro, mengatakan, dengan adanya impor, gudang-gudang pemerintah akan dipenuhi beras dari luar negeri. Akibatnya, penyerapan beras dari petani hanya sedikit.
Sebagai provinsi penghasil beras, Jateng pada awal Januari lalu menerima beras impor asal Vietnam sebanyak 22.500 ton. Beras impor tersebut kini disimpan di gudang-gudang Bulog di Demak, Semarang, dan Banyumas.
”Kami berharap beras itu hanya untuk jatah raskin. Jumlah penerima raskin di Jateng 2011 tak kurang dari 2,8 juta rumah tangga sasaran,” kata anggota DPRD Jateng, Istajib.
Diduga, beras impor juga sudah masuk wilayah Jabar. Salah satu bukti, sejumlah petani di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jateng, tidak dapat memasok beras ke Jabar karena konsumen di Jabar memilih beras impor yang lebih murah.
Wahyudi, anggota Kelompok Tani Lestari di Desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, menuturkan, pelanggannya hanya mau membeli beras dari Sawangan jika harganya sama dengan harga beras impor. Harga beras impor di Jabar lebih murah Rp 500 per kg daripada harga beras lokal, Rp 6.500-Rp 7.000 per kg.
”Permintaan itu tidak bisa kami penuhi karena tidak sebanding dengan biaya produksi,” ujar Wahyudi yang setiap minggu mengirim tujuh ton beras ke Jabar.