Lumajang, Kompas
Harga salak di tingkat petani mencapai Rp 5.000 per kilogram (kg). ”Ini harga tertinggi selama 15 tahun saya menjadi petani salak. Biasanya hanya Rp 2.000 per kg,” kata Karyono, petani salak di Dusun Rowo Baung, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jumat (28/1).
Petani menjual hasil panennya dengan harga Rp 5.000 per kg di kebun. Di ibu kota kecamatan, harga jualnya Rp 6.500-Rp 7.000 per kg. Di Surabaya, ibu kota provinsi, harga salak melejit,
Salak yang dikembangkan di Lumajang adalah jenis salak pondoh yang bibitnya dibeli di daerah Sleman, DI Yogyakarta. Para petani merekayasa dengan melakukan penjarangan buah sehingga buahnya menjadi lebih besar dan bulat. ”Hanya rasanya setelah dibudidayakan di sini agak berubah, agak asam. Tetapi, malah banyak yang suka karena segar,” kata Waryanto, petani salak asal Desa Pronojiwo.
Menurut kalangan petani, anomali cuaca yang ditandai musim hujan yang panjang tidak sampai mengganggu produksi salak. Umumnya, setiap bulan mereka bisa panen.
Tingginya harga salak ini bisa menjadi hiburan karena beberapa komoditas yang dibudidayakan produksinya merosot. Misalnya, jeruk yang termasuk andalan daerah Lumajang, kini terserang penyakit CVPD. Demikian pula tanaman pete dan nangka andalan daerah Lumajang utara, seperti Kecamatan Klakah dan Ranuyoso. Panenannya kurang baik akibat serangan ulat.