Penanggung jawab tim peduli jiwa tanggap bencana, Noviandy Radhika Budi, menuturkan, Rabu (26/1), survei dilakukan pada 17-20 Januari 2011 di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Tanjung, Balai Desa Sriwedari, Lapangan Jumoyo, dan SD Sriwedari.
Gejala yang ditunjukkan oleh pengungsi yang mengalami gangguan jiwa adalah tegang, cemas, dan khawatir menghadapi hari- hari selanjutnya. Sebagian besar pengungsi itu rumahnya rusak, bahkan ada yang hanyut terbawa banjir. Hal itu membuat mereka gelisah dan susah tidur. Untuk mengantisipasi dampak yang lebih berat, tim terus mendampingi dan memberikan konseling kepada 77 orang yang mengalami gangguan jiwa ringan.
Banjir lahar dingin merusak 442 rumah di tujuh kecamatan di Magelang. Tingkat kerusakannya dari ringan sampai berat.
Sejumlah pengungsi di TPA Tanjung tampak kebingungan. ”Saya tak bisa ke mana-mana lagi. Rumah dan toko saya terbawa banjir,” kata Srini, warga Dusun Salakan, Desa Sirahan, Salam.
Warga lain, Rahmat, mengaku pasrah. ”Mau dipindahkan ke mana saya manut (menurut). Saya tidak punya pilihan. Rumah saya tinggal fondasi,” ujarnya.
Pengerjaan Jalan Magelang- Yogyakarta dijadwalkan tuntas akhir Januari. Selanjutnya akan dipasang 45 tiang pancang untuk menahan banjir lahar dingin. Demikian Pejabat Pembuat Komitmen Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Jawa Tengah Budi Sudirman. ”Penanaman tiang pancang akan dimulai minggu depan,” ujarnya.
Sebanyak 45 tiang pancang berukuran panjang satu meter, lebar satu meter, dan tinggi 12 meter akan dipasang berderet di sisi kiri jalan dari Yogyakarta ke arah Magelang sehingga membentuk tembok beton.
Meski banjir tetap meluap ke jalan, diharapkan jalan lebih terlindungi karena gerusan material dapat ditahan.