Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Jenis Gamelan Bali Moncer di "Luar"

Kompas.com - 13/01/2011, 14:05 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com--Sekira 17 jenis instrumen musik tradisional Bali berupa gamelan, tercatat berkembang di sejumlah negara di dunia, bahkan kiprahnya hampir sejajar dengan seni musik barat.

"Gamelan Bali naik gengsi, bahkan gong kebyar menjadi kehormatan dalam menyambut tamu-tamu penting pada acara wisuda perguruan tinggi di Amerika Serikat," kata Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, masyarakat Amerika sangat menikmati konser gamelan Bali yang disajikan seniman dan mahasiswa setempat yang piawai memainkan aneka jenis alat musik asal Pulau Dewata.

Ke-17 jenis atau kelompok alat musik tradisional Bali yang berkembang di mancanegara itu, antara lain gong kebyar, angklung,  semarandanu, gambang suling dan kebyar ding.

Demikian juga suara suling yang menjadi sumber inspirasi tabuh ciptaan tahun 1963, diketahui telah berkembang di berbagai kampus seni dan komoditas masyarakat di mancanegara.

"Musik tradisional Bali kini telah mendunia. Dunia internasional mulai berkenalan dengan gamelan sejak komponis Prancis Claude Debussy (1862-1918) menonton gamelan di Pameran Semesta yang digelar di Paris pada tahun 1889 untuk memperingati 100 tahun Revolusi Prancis," katanya.

Masyarakat di benua belahan Eropa, menurut Prof Rai, semakin menaruh perhatian terhadap gamelan ketika kemudian pada 1931, The International Colonial Ekxposition yang digelar di Prancis menampilkan pementasan gamelan dan tari dari Desa Peliatan, Gianyar, sebagai utusan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.

Kadek Suartaya, dosen ISI Denpasar menambahkan, masyarakat Rusia kini mulai berkenalan dengan gamelan Bali, kendati sedikit terlambat. Sebagai rumpun bangsa penyayang keindahan yang banyak melahirkan seniman kaliber dunia, masyarakat Rusia begitu peka dengan muatan keindahan musik Bali.

Tim kesenian ISI Denpasar yang mengadakan lawatan ke Moskow pada awal Desember 2010, mendapat sambutan meriah dari masyarakat dan kalangan akademisi di negara tersebut, ujar Kadek Suartaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com