Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belong, Sejak Dulu Hidup Seadanya

Kompas.com - 06/01/2011, 20:37 WIB

KOMPAS.com- Hidup serba seadanya, entah untuk tempat bermukim hingga makan sehari-hari, sudah dilakoni oleh Supardi (67), kaum urban asal Jember yang tinggal di rumah kos di Bantaran Kali Jagir (samping PDAM), Surabaya.

Pasalnya, sejak awal menginjakkan kaki di ibukota provinsi Jatim itu, Mbah Belong, julukan akab Supardi, keseharian hidupnya menggantungkan rezeki dari ngamen jaran kepang atawa kuda lumping. Bapak 11 anak dan kakek 11 cucu itu mengamen dari satu tempat ke tempat lain, dari kampung ke kampung di kota arek.

"Tahun 1974 saya sudah tinggal di Surabaya dan ngamen jaran kepang. Waktu itu saya numpang tidur di dalam gedung bioskup Purnama di kawasan Keputran, Surabaya, sebelumnya akhirnya tinggal di rumah kos di Bantaran Kali Jagir sampai sekarang ini," kata Mbah Belong kepada Kompas, di rumah kosnya, belum lama ini.

Rumah kos berdinding papan yang sewanya perbulan Rp 150.000 itu kini dia tempati bersama istri keduanya, Sudarmi. Di dalam rumah sempit itu Mbah Belong mengendalikan kelompok kesenian tradisional jaran kepang Baru Muncul Surabaya yang seluruh anggota dan pemainnya adalah anak, menantu, cucu, adik, dan kerabat keluarga Mbah Belong.

"Semua pemain jaran kepang masih satu keluarga. Mereka hanya menggantungkan sumber penghasilan dari ngamen jaran kepang. Saya pun mewanti-wanti kepada anak-anak cucu saya agar tetap sekolah dan belajar, walaupun ikut main jaran kepang," katanya.

Mbah Belong boleh jadi adalah seniman tulen jaran kepang Suroboyo. Realitas itu setidaknya tersirat dalam lelakon urip-nya yang lebih 36 tahun bergelut dan bergulat dalam kesenian tradisional yang nyaris diabaikan oleh anak zamannya.

"Walaupun hanya dapat uang Rp 10.000 sehari, Tuhan masih adil. Kalau dianggap kurang, ya kurang. Gak cukup, ya dicukup-cukupkan. Ya, makan tahu-tempe dipecel sambal, rasanya sudah enak. Susah dan sedihnya, kalau anak cucu minta uang jajan dan pingin naik odong-odong," kata Mbah Belong.

Tahun 1980, Mbah Belong sempat pula melakoni hidup mengamen jaran kepang di  Jakarta. Selama kurun waktu enam tahun, Mbah Belong mengais rezeki dari satu tempat ke tempat lainnya di Jakarta. "Waktu itu saya tinggalnya di Karawang dan ngamen keliling di Pasar Induk Kramat Jati, Senayan, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Buah," katanya.

Setelah melakoni kehidupan ngamen jaran kepang di Jakarta, Mbah Belong pun memutuskan kembali ke Surabaya, dan mengembangkan kesenian tradisional jaran kepang sebagai lahan mengais rezeki keluarganya. "Susah tidak susah, penghasilan ya tetap saja. Urip koyok ngene yo dilakoni. Alhamdulillah masih bisa hidup. Kalau nggak bisa beli rokok satu pak, ya beli eceran. Karena tidak sebagai orang mampu dan berkecukupan, ya hidup seadanya," katanya.

Setiap hari keluarga besar jaran kepang Mbah Belong dengan bendera jaran kepang Baru Muncul Surabaya, mengais rezeki di Kota Surabaya, antaranya, di wilayah Kertajaya, Pegiriaan, Karang Tembok, Bratang, bahkan merambah wilayah Krian, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang dan Kertosono.

"Kami ngamen sampai Mojokerto, Jombang dan Kertosono. Kalau ngamen di sana, ya nginap," kata Mbah Belong.

Wardi (21), pelaku jaran kepang Baru Muncul Surabaya yang sehari-hari ikut mengais rezeki dari ngamen jaran kepang mengatakan, penghasilan ngamen jaran kepang tidak bisa dipastikan. Pasalnya, pendapatan dari ngamen amat tergantung banyaknya uang saweran penonton yang menyaksikan atraksi jaran kepang.

"Kadang dapat bagian Rp 17.000, kadangkala hanya dapat bagian Rp 12.000," kata Wardi, salah seorang cucu Mbah Belong.

Wardi, tamatan SMA. Dia memutuskan melakoni kehidupan sebagai seniman keliling jaran kepang, karena susahnya mencari pekerjaan di Surabaya. Walaupun penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dia merasa senang-senang saja. "Kalau mau bilang nggak cukup ya nggak cukup, tapi mau bilang apalagi," katanya.

Mbah Belong mengatakan, keberuntungan seniman jaran kepang, jika sedang ada tanggapan teropan alias hajatan. "Untuk tanggapan teropan, saya patok harga Rp 1,5 juta. Tapi, kalau yang punya hajat hanya punya uang Rp 500.000, ya saya layani," katanya.

Satu hal yang membuat Mbah Belong dengan kelompok jaran kepang Baru Muncul Surabaya merasa berbangga hati, walaupun beban hidupnya amat berat dan serba kekurangan, tak lain adalah mereka hidup dan menghidupi diri dan keluarga dari cucuran keringat. "Alhamdillah, gak nganggo barang negoro dan tidak diuber-uber polisi, kerena korupsi koyok pajabat bupati," kata Mbah Belong.  (Kompas/Abdul Latif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com