Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Lukisan Merekam Hidup Gus Dur

Kompas.com - 02/01/2011, 21:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelukis Jupri Abdullah, Minggu (2/1/2010) memamerkan 20 lukisannya di pelataran Masjid jami` al-Munawwaroh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta. Hari itu merupakan hari terakhir Jupri memamerkan lukisan-lukisannya tentang perjalanan Gus Dur, setelah sejak beberapa hari sebelumnya mulai dipertunjukkan kepada publik dalam rangka Haul Akbar Gus Dur ke-1 di Ponpes Ciganjur, 29-30 Desember lalu.

Sebanyak 20 karya lukisan Jupri itu merekam perjalanan hidup Gus Dur sejak lahir hingga akhir hayatnya. Karya-karya itu digarap dengan cat akrilik dan mix media di atas kanvas.

Lukisan-lukisan itu secara khusus disiapkan Jupri selama setahun terakhir. Jupri yang mengaku jadi pengagum Gus Dur mengatakan, khusus untuk pameran itu, karya-karyanya ditawarkan dalam rentang harga antara Rp 25 juta hingga Rp 150 juta.

'Sejumlah peminat seni dan kolektor lukisan telah menyatakan minatnya. Di antaranya untuk lukisan Jejak Kaki Gus Dur dan sebuah lukisan yang menggambarkan kalimat peninggalan Gus dur yang paling terkenal, Gitu Aja Kok Repot," ujar Jupri yang berasal dari Pasuruan itu.

Sebelumnya, Jupri juga mengaku kaget karena tepat pada 30 Desember lalu, pameran foto yang merekam kisah perjalanan hidup Gus Dur juga menampilkan jumlah karya yang persis sejumlah 20 buah karya fotografi. Pameran foto karya sejumlah fotografer itu diorganisasi oleh Dewan Kesenian Jakarta yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta.

"Ya, saya kenal pun tidak dengan yang mengadakan pameran foto," kata Jupri sembari geleng-geleng kepala. Ia mengatakan, kebetulan yang sungguh-sungguh mirip itu tidak bisa dijelaskannya dengan kata-kata ataupun nalar yang rasional.

Ahmad "Deny" Salman, kurator pameran foto itu sebelumya mengatakan foto-foto tersebut menceritakan perjalanan hidup Gus Dur semenjak masih dalam pengasuhan keluarga hingga wafat. Deny yang juga seorang fotografer itu mengatakan, khusus untuk pameran foto itu hanya kredit foto berupa nama fotografer yang ditampilkan untuk setiap foto. "Caption foto sengaja dibuang agar foto bisa dimaknai secara bebas. Karena semua orang mengenang Gus Dur dengan cara yang berbeda," kata Deny beberapa saat sebelum pameran foto digelar pada 30 Desember lalu.

Salah satu foto yang istimewa dalam pameran foto sehari pada 30 Desember adalah dua foto karya Deny yang menampilkan Gus Dur yang tengah merenung sejenak di ruang kerjanya di Istana Negara tanggal 26 Juli 2001 beberapa saat sebelum bertolak ke Amerika Serikat dan foto terakhir meja kerjanya sebelum dibereskan pada tanggal yang sama.

Foto terakhir Gus Dur merenung di dalam ruang kerjanya itu menggambarkan Gus Dur yang tengah duduk di sebuah kursi besar dalam komposisi yang tepat karena diapit lemari kerja di sisi kanan kirinya dengan hiasan tokoh wayang Semar dan Yudhistira di sisi kiri dan kanannya. Foto itu dibuat setelah Gus Dur mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubabaran MPR/DPR, pengembalian kedaulatan ke tanga rakyat dengan percepatan Pemilu dalam kurun waktu setahun, serta pembekuan Partai Golkar. "Foto itu terlalu emosional buat saya, sehingga belum pernah diterbitkan di media manapun juga," kata Deny.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com