Selama setahun terakhir itu pula beragam kasus kekerasan atas nama agama yang meresahkan perjalanan bangsa semakin kerap terjadi.
Dan selama itu pula tidak ada satu pun tokoh bangsa yang berani tampil membela kepentingan kelompok minoritas yang teraniaya. Bangsa ini seperti kehilangan Gus Dur, sang penakluk yang membela keutuhan Indonesia.
Seorang sahabat Gus Dur, MM Billah, dalam sambutannya bahkan mengatakan, Gus Dur adalah sufi yang khusyuk. ”Tapi pada saat lain ia juga aktivis yang garang dan bergairah,” katanya.
Wakil Ketua Yayasan Lembaga Bantuam Hukum Indonesia Alvon Kurnia Palma dan
”Saat itu sudah ada seorang tokoh nasional bersedia menjadi saksi di pihak kita dan bertanda tangan. Tapi, pada saat sidang dia tidak datang. Alasannya tidak mood,” kata Febi.
Ny Sinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur, sehari sebelumnya mengatakan, hatinya sedih setiap kali menerima pengaduan kelompok masyarakat yang teraniaya atas nama agama. ”Saya tidak punya power seperti Bapak,” ujarnya.
Oleh karena itu, Haul Akbar Gus Dur Ke-1 menjadi penting di tengah abainya penyelenggara negara terhadap beragam kasus kekerasan atas nama agama.
”Artinya besar banget. Karena tujuan dari bikin haul supaya masyarakat bisa diingatkan akan nilai-nilai yang ditinggalkan Bapak (Dus Dur),” kata Inayah Wulandari Wahid, putri bungsu Gus Dur.
Keluarga mendapuk Inayah menjadi ketua panitia acara tersebut. Boleh jadi, ia menjadi orang yang paling sibuk dalam perayaan ini.