Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seleksi KIP Sumut Penuh Kecurangan

Kompas.com - 22/12/2010, 22:27 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Seleksi anggota Komisi Informasi Publik Daerah Sumatera Utara diduga penuh kecurangan. Diduga ada upaya tim seleksi memaksakan calon anggota untuk masuk ke dalam 15 nama yang hendak diuji kepatutan dan kelayakannya oleh Komisi A Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Ihwal kecurangan dalam seleksi anggota Komisi Informasi Publik (KIP) Sumut ini justru diungkapkan salah seorang anggota tim seleksi, Benget Silitonga. Menurut Benget, tim seleksi seharusnya sudah menyelesaikan tugasnya, menentukan 15 nama calon anggota KIP Sumut pada 16 Desember lalu. Saat itu lanjut Benget, rapat pleno tim seleksi sudah memutuskan 15 nama dari 30 nama peserta tes dinamika kelompok (psikotes) dan wawancara.

Namun, menurut Benget tim seleksi kemudian menganulir hasil rapat pleno tanggal 16 Desember. Mereka kemudian menggelar kembali rapat pleno tanggal 19 Desember dan mengganti salah satu nama yang terpilih sebelumnya. "Saya tak mau hadir dalam rapat pleno lagi, karena keputusan tanggal 16 Desember itu tidak ada yang salah. Anggota tim lain beralasan ada salah perhitungan nilai, tetapi tak ada yang salah dari perhitungan tersebut," kata Benget di Medan, Rabu (22/12/2010).

Dari hasil rapat pleno tim seleksi tanggal 16 Desember terdapat nama Josep Sihombing. Belakangan pada rapat pleno tanggal 20 Desember, nama Josep dicoret dan digantikan Mayjen Simanungkalit.

Benget menuturkan, untuk menyeleksi 15 nama dari 30 nama calon, tim seleksi berpatokan pada hasil psikotest dan wawancara. Bobot psikot est yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi USU sebesar 60 persen dari total penilaian, sementara wawancara bobotnya 40 persen.

Menurut Benget, hasil psikotes tak berbeda jauh dengan hasil penilaian total pada rapat pleno tim seleksi tanggal 16 Desember. Nama-nama peserta yang meraih poin tertinggi dalam psikotest kebanyakan terjaring dalam 15 nama yang diputuskan tim seleksi.

Namun anehnya, kata Benget, Mayjen yang hasil psikotesnya berada di peringkat ke-27 dari 30 peserta, bisa mengalahkan Josep yang hasil psikotesnya berada di peringkat ke-8. "Psikotes ini kan bobotnya 60 persen dari total penilaian. Sehingga ada yang janggal, kalau peserta yang nilai psikotesnya jeblok bisa tiba-tiba naik di total skor akhir," katanya.

Kepala Dinas Informatika dan Komunikasi Provinsi Sumut, Eddy Syofian yang juga ketua tim seleksi membantah ada manipulasi. Eddy mengakui, skor Mayjen terkerek naik berkat penilaian saat wawancara. "Wawancara kan subyektifitas tim seleksi," ujar Eddy.

Soal perubahan 15 nama yang hendak diuji kepatutan dan kelayakannya, Eddy mengatakan, ada kesalahan perhitungan dalam penghitungan nilai peserta. "Sehingga kami terpaksa menggelar rapat pleno lagi, dan Benget tak mau hadir," kata Eddy.

Josep secara terpisah mengatakan, akan menggugat tim seleksi dan Kepala Badan Informatika dan Komunikasi Sumut ke Pengadilan Tata Usaha Negara. "Saya akan menempuh jalur apa pun untuk mengungkap kebenaran proses seleksi ini," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com