Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kearifan Berbagi dari Wasior

Kompas.com - 22/12/2010, 08:52 WIB

Dwi Bayu Radius

KOMPAS.com — Magdalena Ramar (21) membilas pakaian di pengungsian di Desa Ramiki, Distrik Wasior Kota, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Selasa (21/12/2010). Ia dan 100 keluarga pengungsi lain menikmati air bersih berkat jaringan pipa yang dibangun warga setempat dari sumber air.

Kakak beradik Agus Sawaki (30) dan Tera Sawaki (32) tak berharap apa pun dengan membangun pipa air bersih dari sumber air sepanjang 100 meter ke hunian sementara Ramiki.

”Kasihan. Kalau tidak dibantu, pengungsi harus mondar-mandir mengangkat air,” ujar Tera. Menurut dia, pada dasarnya setiap manusia punya perasaan kasih sayang. ”Kami semua menjadi korban banjir, tetapi penderitaan pengungsi lebih berat,” kata Tera.

Bukan hanya air, kebutuhan lain, seperti sayur-mayur dan buah-buahan, pun dia berikan seadanya.

Tera dan Agus bukan orang berada. Mereka mensyukuri selamat dari bencana banjir bandang, 4 Oktober 2010 pukul 08.30, dengan membantu pengungsi tanpa pamrih.

Meski jauh dari pusat pemerintahan dan hiruk-pikuk kemewahan, rasa kekerabatan dan kekeluargaan di Wasior amat kental. Awalnya, Tera dan beberapa warga melihat para pengungsi kewalahan mencukupi kebutuhan air untuk sehari-hari. Oleh karena itu, mereka langsung turun tangan memasang pipa air, pekan lalu.

”Bukan hanya saya. Masyarakat Desa Ramiki dan di berbagai desa dekat hunian sementara juga membantu para pengungsi,” imbuhnya.

Magdalena menuturkan, truk tangki bantuan pemerintah hanya sekali datang ke Ramiki mengisi tandon air berkapasitas 1.100 liter. Itu pun hanya dua tandon dari 20 tempat penampungan air yang diisi. Dalam sehari, air pun habis.

”Belum pernah ada lagi bantuan dari pemerintah. Terakhir, instalasi listrik baru dipasang hari Minggu lalu setelah dua pekan kami di sini,” katanya.

Menghapus sekat

Semangat berbagi yang menghapus sekat agama dan suku juga tumbuh di hunian sementara Kabo 1, Desa Kabo, Distrik Kabo. Keluarga Aco Sangkala (28), seorang Muslim, dengan senang hati berbagi air bersih atau minyak goreng dengan keluarga Yati Lamomu (37), seorang Kristen.

”Belum ada pejabat yang singgah ke sini. Tetapi, kalau hanya mengharapkan pejabat datang, bisa-bisa kami mati kelaparan,” ujar Yati.

Pernah suatu hari datang nasi kotak kiriman pemerintah setempat. Namun, pengungsi malah gatal-gatal setelah melahap nasi berlauk ikan itu. Bahkan, seorang anak harus dievakuasi ke rumah sakit karena diduga keracunan makanan.

Pengungsi pun jera menerima sumbangan nasi kotak lagi dan memilih mengurus makanan secara mandiri.

Sepekan sesudah mereka menghuni hunian sementara Kabo 1, baru mobil tangki datang mengisi penampung air. Itu pun sudah habis hanya dalam tiga hari. Di Hunian Sementara Kabo 1, Desa Kabo, Kecamatan Kabo, Kabupaten Teluk Wondama, jumlah pengungsi mencapai 300 orang.

Jadilah sejumlah pengungsi mengumpulkan uang untuk sekadar menyewa mobil pengangkut air. Setiap keluarga mengiur Rp 10.000 untuk membeli 400 liter air bersih dari mobil penjual air keliling.

Minyak goreng pun dibagi. Pernah pengungsi mendapatkan bantuan minyak goreng dari mahasiswa di Nabire, Papua. Setiap barak dijatah empat botol. Setelah dibagi-bagi, setiap keluarga hanya mendapatkan dua gelas kecil minyak.

”Tak mengapa, dibagi-bagi. tak ada perbedaan asal daerah, keyakinan, atau warna kulit. Di sini kami sama-sama susah,” kata Thomas.

Hidup di penampungan sungguh bukan hal yang mudah. Mereka baru mendapatkan penerangan tiga minggu kemudian. Saat aliran listrik belum menyala, mereka harus berbagi lampu teplok. Pengungsi yang memiliki lilin dengan rela membagikannya kepada yang lain.

Sebisa mungkin mereka swadaya walau belum bisa mencukupi kebutuhan yang ada. Mereka lelah menanti janji bantuan makanan, air, atau fasilitas kesehatan pemerintah pusat dan daerah yang belum terwujud.

”Anak-anak kami tak mendapat susu. Belum lagi nyamuk malaria pada malam hari. Sudah ratusan janji diberikan, tetapi belum satu pun yang menjadi kenyataan,” tutur Thomas sambil tersenyum kecut.

Luka psikologis belum sepenuhnya pulih. Namun, kearifan lokal mampu mendorong mereka menata kembali kehidupan baru yang lebih baik.

Dari pengeras suara di barak pengungsi Kabo 1 terdengar lagu Natal bernada riang. Jingle bells, jingle bells, jingle all the way...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

    Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

    Nasional
    Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

    Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

    Nasional
    Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

    Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

    Nasional
    Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

    Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

    Nasional
    Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

    Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

    Nasional
    Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

    Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

    Nasional
    Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

    Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

    Nasional
    Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

    Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

    Nasional
    MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

    MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

    Nasional
    Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

    Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

    Nasional
    Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

    Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

    Nasional
    Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

    Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

    Nasional
    Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

    Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

    Nasional
    DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

    DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

    Nasional
    Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

    Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com