Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gotong Royong ala Lamaholot

Kompas.com - 13/12/2010, 14:00 WIB

Gemohing, yaitu gotong royong dalam masyarakat Lamaholot, Nusa Tenggara Timur, sudah berlangsung ratusan tahun. Gemohing membantu masyarakat mengatasi kesulitan pekerjaan. Mereka bekerja sambil berpantun dan menyanyikan lagu-lagu tradisional.

Di kalangan masyarakat Lamaholot yang meliputi warga Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Solor, Lembata, dan Pulau Alor-Pantar, gotong royong tradisional ini dilakukan untuk membersihkan ladang, menanam, memanen, dan membangun rumah. Adapun pembangunan kantor desa, sarana sanitasi, air bersih, jalan, jembatan, dan penguburan warga desa masuk kategori bakti desa.

Jumlah peserta gemohing antara 10 dan 50 orang. Satu keluarga bisa mengirim 2-5 orang. Jenis pekerjaan tergantung dari kebutuhan anggota. Kepala Desa Mewet, Kecamatan Wotanulumado, Pulau Adonara, Flores Timur, Donbosco Sili ketika bertemu dengan Tim Ekspedisi Jejak Peradaban NTT menyatakan, gemohing mengatasi persoalan ketenagakerjaan.

”Membersihkan ladang seluas 1-2 hektar tidak mungkin dilakukan sendirian. Dengan jumlah anggota gemohing 50 orang, pekerjaan dapat dilakukan dalam sehari,” kata Sili.

Kelompok tani

Tahun 2008, gemohing dijadikan kelompok tani (poktan) dan gabungan poktan (gapoktan). Namun, bagi masyarakat Lamaholot, istilah poktan dan gapoktan jarang digunakan.

Menurut Sili, di Desa Mewet terdapat lima poktan sesuai dengan jumlah suku yang ada di desa itu, yakni Narek, Kayan, Bubun, Lagadoni, dan Ariana. Satu suku terdiri atas 10-50 keluarga. Satu keluarga wajib mengutus minimal satu anggota untuk ikut dalam gemohing.

Anggota gemohing terdiri atas pria dan wanita, rata-rata berusia di atas 15 tahun. Jika ada yang mengutus anggota berusia di bawah 15 tahun, ia akan dikirim pulang oleh ketua gemohing.

”Ini tidak terkait dengan status anak-anak, tetapi lebih menyangkut kemampuan dan keterampilan dalam bekerja. Risiko kecelakaan bagi anak-anak di bawah 15 tahun juga besar karena mereka belum terampil bekerja,” kata Sili.

Gemohing dilakukan sambil berbalas pantun, bersyair, dan menebak sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata. Setiap peserta gemohing wajib terlibat dalam berpantun, bersyair, dan menebak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com