Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemiskinan Tak Kunjung Terurai

Kompas.com - 09/12/2010, 15:50 WIB

Dari pengamatan tim Ekspedisi Jejak Peradaban NTT, beberapa ruas jalan kabupaten di Manggarai Barat terputus oleh aliran sungai dan berlubang-lubang. Hal ini berdampak pada sulitnya pemasaran hasil pertanian dan perkebunan. Beberapa truk berukuran besar yang mengangkut hasil bumi, seperti vanili dan kopi, sulit melintasi jalan provinsi yang sempit dan berkelok. Sebagian terguling di tikungan tajam.

Menurut Edi, pemerintah daerah terkendala minimnya dana APBD untuk pembangunan infrastruktur. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Manggarai Barat hanya Rp 23 miliar dari total APBD Rp 389 miliar. Lebih dari separuh APBD untuk belanja pegawai.

Hal serupa dikemukakan Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora. Jumlah APBD Sumba Timur Rp 552 miliar dan PAD hanya Rp 15 miliar. Lebih dari separuh untuk gaji pegawai, 26 persen dialokasikan untuk pendidikan, 15 persen untuk kesehatan, 16 persen untuk pengembangan pertanian. Nyaris tak ada yang bisa disisihkan untuk pembangunan infrastruktur lain.

Padahal, untuk memasarkan hasil pertanian dan peternakan, yang menjadi andalan wilayah itu, perlu pelabuhan yang memadai agar kapal besar bisa merapat. Usulan pemerintah kabupaten kepada pemerintah pusat untuk memperbesar Pelabuhan Nusantara belum mendapat respons.

Sulitnya transportasi di NTT membuat warga sulit mengakses pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan hanya bisa menjangkau penduduk di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil sebulan sekali. Seperti dituturkan dr Elvira, Kepala Puskesmas Melolo, Sumba Timur. Untuk mencapai Dusun Karobu, Desa Ngaru Kanoru, atau Dusun Indirara, Desa Watukunda, dokter dan paramedis harus menyusur jalan setapak berliku yang diapit tebing dan jurang, mendaki lereng bukit terjal, serta menyeberang sungai.

Penduduk Desa Demondei, Kecamatan Wotanulumado, Pulau Adonara, harus menempuh jalan panjang dengan pelbagai moda transportasi guna mencapai RSUD di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur. Yaitu, berjalan kaki ke Desa Mewet di pesisir pantai, disambung naik ojek sepeda motor menuju Dermaga Waiwerang, lalu menyeberang selama dua jam lebih dengan kapal motor menuju Larantuka. Tak jarang ibu yang mengalami kesulitan persalinan akhirnya meninggal dalam perjalanan karena kehabisan darah.

Kepala Dinas Kesehatan NTT Stefanus Bria mengatakan, tenaga kesehatan di NTT sangat terbatas. Jumlah tenaga dokter dalam tiga tahun terakhir terus berkurang, dari 215 menjadi 161 dokter umum dan dokter gigi. Dokter spesialis hanya 12 orang.

Jumlah puskesmas yang tersebar di 21 kabupaten/kota di NTT hanya 113 unit, poliklinik milik swasta 187 unit, polindes 1.994 unit, dan puskesmas pembantu 1.115 unit. RSUD hanya delapan buah, satu RSUD baru akan dibangun di Pulau Adonara, Flores Timur.

Mayoritas warga NTT masih kesulitan air bersih. Mereka harus berjalan jauh untuk mengambil air karena air tanah sangat sulit didapat di tanah yang umumnya didominasi karang dan batu kapur.

Tingkat pendapatan warga relatif rendah. Nelayan tradisional memperoleh rata-rata pendapatan Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per hari, dengan menggunakan perahu kayu.

Kondisi ini diakui Wakil Gubernur NTT Esthon L Foenay. Hal ini memacu pemerintah provinsi melakukan percepatan pembangunan untuk mengurangi kemiskinan. Misalnya, menyalurkan subsidi untuk memperkuat ekonomi masyarakat Rp 250 juta per desa lewat Program Anggur Merah (Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera). Selain itu, ada juga pembangunan sumber daya manusia lewat pendidikan dan kesehatan serta program peningkatan ekonomi kerakyatan lewat intensifikasi penanaman jagung, cendana, peternakan sapi, dan koperasi.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah dan rakyat NTT untuk membangun sumber daya manusia dan infrastruktur demi mengurai kemiskinan. (BEN/WKM/SEM/KOR/ATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com