Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Bromo Meningkat Jadi Awas

Kompas.com - 24/11/2010, 03:50 WIB

Malang, Kompas - Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (23/11), dinaikkan statusnya dari Siaga menjadi Awas. Karena itu, gunung setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut ini harus steril dari aktivitas mulai radius 2,5-3 kilometer dari puncak.

Pada 12 November, status Gunung Bromo masih Waspada (wisatawan dilarang naik ke puncak dan hanya boleh sampai radius 1 km dari puncak). Status ini naik menjadi Siaga, Selasa pukul 07.00, dan berubah menjadi Awas pada pukul 15.30.

Peningkatan status Gunung Bromo disampaikan oleh Ahmad Subkhan, pemantau vulkanologi Gunung Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo (sekitar 2,5 km dari Gunung Bromo) saat dihubungi dari Malang.

”Status Gunung Bromo ditingkatkan menjadi Awas oleh Pusat Vulkanologi di Bandung. Hal ini karena melihat peningkatan aktivitas Bromo yang semakin signifikan,” kata Subkhan.

Hal senada dikemukakan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta.

Meski begitu, Surono mengatakan, bahaya primer Gunung Bromo tidak seperti Gunung Merapi yang mengeluarkan awan panas bersuhu 600 derajat celsius. ”Tipe letusannya hanya freatik (semburan uap air dan gas bercampur abu halus). Paling-paling hanya mengeluarkan abu dan pasir. Tidak ada pengungsian,” katanya.

Peningkatan aktivitas Bromo, kata Subkhan, terlihat dari gempa vulkanik dangkal. Awal November rata-rata hanya terjadi sekali, pada Senin (22/11) gempa menjadi 1.050 kali.

Selain itu, sejak 19 November terjadi tremor (biasanya menandai sebelum terjadi letusan). Tremor mencapai amplitudo maksimal, Senin pukul 23.00.

Visualnya terjadi perubahan asap, jika biasanya asap putih tipis dengan bau belerang dengan tekanan sedang hingga lemah, Selasa sore asap berubah menjadi tebal atau kelabu dengan tekanan sedang hingga kuat. Ketinggian asap sekitar 350-400 meter dari puncak kawah, mengarah ke barat daya (Pasuruan). ”Semburan asap juga disertai material abu halus,” katanya.

Kepala Bagian Tata Usaha Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Suwarto, mengatakan, peningkatan status itu langsung direspons dengan melarang wisatawan turun ke lautan pasir Bromo. ”Wisatawan dari Pasuruan hanya boleh sampai Simpang Dingklik atau Penanjakan. Untuk wisatawan dari Probolinggo hanya boleh sampai Cemoro Lawang. Untuk wisatawan dari Lumajang hanya boleh sampai daerah Bantengan,” katanya.

Dampak naiknya status Bromo dirasakan masyarakat Tengger di kawasan Bromo. ”Dampak langsung tidak ada karena pemberitahuan kepada kami belum ada. Lagi pula lokasi perumahan warga cukup jauh. Dampak terbesar dirasakan warga dari sisi pariwisata,” kata Trisno Sudigdho, Ketua Umum Koperasi Wisata Bromo Tengger Sejahtera, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.

Sementara status Gunung Semeru, yang juga dalam pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, hingga kini masih berstatus Waspada. Namun, pendakian ke gunung itu ditutup total sejak 12 Oktober. (DIA/ENG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com