Denpasar, Kompas -
Selain tiga sekolah—TK Priskapura, SD Negeri 4 Kuta, dan satu SMP swasta—dan 143 rumah itu, ada pula bangunan lain yang harus direlokasi, yakni satu kantor PT Pos, kantor PT Telkom, dan kantor PDAM.
Rencananya, pengganti tiga sekolah di atas akan dibangun di dekat kompleks bandara, sedangkan pengganti kantor-kantor di atas masih dicarikan solusinya karena lahannya belum jelas.
General Manager Bandara Ngurah Rai Heru Legowo menyatakan, penggusuran itu terpaksa dilakukan. ”Sebab, hal tersebut sesuai dengan rencana induk. Relokasi juga sulit dilakukan karena relatif tingginya harga tanah di Bali,” katanya, Selasa (16/11) di Denpasar.
Ia menambahkan, rencana penggusuran sudah disosialisasikan kepada seluruh penghuni kompleks sejak proyek tersebut diluncurkan. ”Mekanisme pemindahan masih dibahas dan menunggu keputusan Menteri Perhubungan,” kata Heru.
Bandara Ngurah Rai mengelola dan melayani 9 juta penumpang setiap tahun, terdiri dari 55 persen penumpang internasional dan 45 persen penumpang domestik. Dengan luas 285 hektar, bandara itu hanya seperenam luas Bandara Soekarno-Hatta. Dari tahun ke tahun, pergerakan pesawat dan penumpang terus meningkat.
Bandara Ngurah Rai mulai kewalahan menangani jumlah penumpang yang melebihi dari kapasitasnya. Terminal domestik yang dibangun pada era 1970-an itu didesain melayani 1,5 juta penumpang setahun, tetapi sekarang sudah melayani tiga kali lipat dari kapasitasnya. Demikian pula soal perparkiran.