Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Merapi Berkah Bagi Juragan Salak

Kompas.com - 14/11/2010, 21:12 WIB

SLEMAN, KOMPAS.com - Abu vulkanik Gunung Merapi hanya merusak dan tidak membunuh pohon salak. Pemulihan dengan menyiangi daun lebih efektif ketimbang mengganti pohon lama dengan yang baru.

Hal tersebut disampaikan oleh Mardi Susanto (70), juragan kebun salak dari Dusun Demen, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, sekitar 18 kilometer dari puncak Merapi.

Menurutnya, bertani salak adalah sumber pendapatan utama. Ia memiliki tanah seluas 1.300 meter persegi di dekat rumahnya dan 4.000 meter persegi di Turi. Semuanya ditanami salak.

Di Demen ada 300 pohon dan 900 pohon di Turi. Letusan Merapi beberapa waktu lalu tidak sampai mengenai kebun salaknya. Namun, ladang salak milik warga lain yang lebih dekat dari puncak Merapi, banyak yang hancur.

"Kalau mengganggu panen, iya. Namun pohon hanya rusak. Pelepah patah karena terbebani abu. Pohonnya sendiri tetap hidup. Kalau pelepah yang patah dipangkas, akan tumbuh tunas baru," terang Mardi.

"Jelas butuh waktu, tetapi relatif lebih cepat ketimbang mengganti dengan yang baru. Dengan abu vulkanik mudah-mudahan akan lebih bagus," lanjutnya, mengharap berkah dari abu Merapi.

Dijelaskan, pada umumnya dan dalam keadaan normal, sejak tanam sampai panen pertama, salak membutuhkan waktu satu sampai tiga tahun. Setelah itu, satu pohon salak bisa dipanen setiap lima sampai enam bulan.

Setiap satu pohon, berisi tiga atau empat tandan, yang beratnya bisa mencapai tiga kilogram per tandan. Dikatakan juga, jarak tanam antar pohon idealnya 2-2,5 meter.

"Jarak pohon bisa semakin pendek karena pohon beranak, sehingga satu titik bisa ditumbuhi dua atau tiga pohon. Kalau saya, saya biarkan," ujarnya. Dalam setahun, ada dua musim panen besar salak, yaitu sekitar Desember dan sekitar Juni.

"Dengan rekayasa, petani bisa tetap panen salak setiap tiga atau lima hari sekali. Hasilnya lebih sedikit, tetapi harga jualnya lebih tinggi. Dalam sepekan, saya dua kali panen, yang masing-masing kurang lebih 50 kilogram," tukasnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com