Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Petani Mencapai Rp 247 Miliar

Kompas.com - 11/11/2010, 21:05 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com - Letusan Gunung Merapi secara intensif sejak 26 Oktober hingga saat ini mengakibatkan kerugian sektor pertanian di Kabupaten Magelang mencapai Rp 247 miliar.

"Kerusakan sebagian besar tanaman pertanian di 12 kecamatan, terutama karena tertutup abu vulkanik dampak letusan Merapi," kata Kadin Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Pemkab Magelang, Wijayanti, Kamis (11/11/2010).

Ia menjelaskan, tanaman pertanian cukup banyak yang ambruk dan layu karena secara terus menerus diguyur hujan abu.

Daun dan batang tanaman, katanya, semakin banyak tertumpuk abu sehingga tidak kuat menahan beban material Merapi itu.

Ia menyebut 46 komoditas tanaman pertanian di daerah itu yang rusak akibat hujan abu terutama salak yang menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Srumbung.

Sekitar lima juta pohon salak, rusak dengan kerugian sekitar Rp 84 miliar. Sedang tanaman padi seluas 10.164 hektar rusak dengan kerugian sekitar Rp 43 miliar.

Komoditas tanaman lainnya yang rusak antara lain kentang, kobis, kacang panjang, kacang tanah, cabai, terong, labu, buncis, tomat, pare, ubi dan jagung.

Tanaman buah yang rusak, seperti pisang, rambutan, pepaya, sawo, sirsak, melinjo, sukun, petai, belimbing, alpukat, duku, durian, jambu, mangga, manggis, nangka, nanas, empon-empon, kelapa, kopi, kakao, tebu dan cengkih.

Jika abu vulkanik yang menerpa tanaman itu cepat dibersihkan dengan diguyur air, tidak akan terjadi kerusakan yang cukup parah.

Tetapi, petani tidak bisa melakukan pembersihan tanaman dari abu vulkanik itu, karena sebagian besar mereka mengungsi ke berbagai lokasi penampungan untuk mencegah jatuh korban akibat letusan beruntun Merapi.

"Sedangkan hujan abu turun terus menerus menerpa tanaman mereka," katanya.

Seorang petani salak di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Siswanto, mengatakan, tanamannya di areal seluas sekitar dua ribu meter persegi ambruk.

Siswanto mengungsi dari desanya ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Desa Tanjung, Kecamatan Muntilan akibat letusan Merapi.

Tanaman salaknya, katanya, berumur lima tahun dengan hasil panen antara 75 hingga 80 kilogram per minggu dan hasil penjualan antara Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.

"Keuntungan yang saya peroleh dari penjualan salak, berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu setiap panen," katanya.

Ia mengaku, harus menanam bibit salak yang baru pasca letusan Merapi 2010. Usia tanam bibit pohon salak hingga panen membutuhkan waktu sekitar tiga tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com