Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Gelar Doa Bagi Korban Merapi

Kompas.com - 07/11/2010, 22:22 WIB

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemuka agama, kerabat Keraton Yogyakarta, dan tokoh masyarakat menggelar doa bersama di Pagelaran, Keraton Yogyakarta. Mereka berdoa bagi keselamatan bangsa agar dibebaskan dari bencana yang datang bertubi-tubi. Mereka juga mendoakan keselamatan warga di Lereng Merapi agar terhindar dari bahaya erupsi yang masih terus terjadi.

Shalat berjamaah yang digelar pada Minggu (7/11) ini dipimpin oleh para kyai dari Keraton Yogyakarta. Secara bergiliran, mereka memimpin doa demi keselamatan bangsa. Kerabat Keraton Yogyakarta GBPH Joyokusumo berharap bencana erupsi Gunung Merapi bisa cepat mereda. Doa bersama ini digagas oleh Raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Hafidh Asrom mengaku prihatin karena bencana alam secara beruntun melanda Indonesia. Melalui doa bersama, masyarakat juga diajak introspeksi diri sekaligus berdoa untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas. Ini menjadi ajang doa tobat nasional, kata Hafidh.

Lebih dari 300 orang mengikuti shalat berjamaah tersebut. Mayoritas di antara mereka berasal dari berbagai pondok pesantren di Yogyakarta. Doa bersama ini digelar selama lebih kurang tiga jam. Pada saat yang bersamaan, korban letusan Gunung Merapi dimakamkan secara massal di Sayegan, Sleman.

Tak hanya di keraton, doa bagi korban erupsi Merapi juga digelar di berbagai tempat ibadah seperti masjid dan gereja. Romo Paroki Somohitan Suyatno Hadiatmojo Pr mengatakan umat dari beragam agama dan kepercayaan tidak hanya sekadar berdoa, tetapi juga menebarkan kasih pada sesama.

 

 

Dengan dibantu relawan dari Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB), Paroki Somohitan di Turi, Sleman juga membuka posko pengungsian bagi korban Merapi. Menurut Suyatno, warga bisa banyak belajar dari erupsi Merapi. Mereka diajak untuk hidup akrab dengan alam dan menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Kemanusiaan antarmanusia tidak bisa disekat-sekat hanya karena perbedaan.

Susteran dari Kongregasi SND atau Susteran Santa Bunda Maria di Sleman juga membuka posko pengungsian di SMA Santo Mikael dan SMP Aloysius. Sebanyak 800 pengungsi ditampung di dua lokasi pengungsian tersebut. "Kami sengaja meliburkan jadwal sekolah karena pengungsi terus bertambah," kata Kepala Sekolah SMA Mikael, Suster Bernadetta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com