Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampus dan Sekolah Tangani Pengungsi Secara Mandiri

Kompas.com - 07/11/2010, 02:54 WIB

MAGELANG, KOMPAS - Sejumlah universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekolah di Jawa Tengah menyediakan kampus dan gedung sekolah untuk menampung pengungsi. Hal itu karena jumlah pengungsi yang terus bertambah pascaerupsi Merapi pada Kamis malam hingga Jumat dini hari.

Di DIY sedikitnya ada tujuh kampus yang digunakan untuk pengungsi, yaitu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Universitas Sanata Dharma, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, misalnya, SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dan Pondok SMA Muhammadiyah Muntilan menyediakan sejumlah ruang, termasuk ruang kelas, untuk pengungsi.

Koordinator pos komando pengungsi SMU Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, Goro Hendratmoko, Sabtu (6/11) di Muntilan, mengatakan, posko Van Lith menangani 1.587 pengungsi dari 23 desa. Mereka menempati empat ruang kelas, aula, kapel, dan ruang makan.

Kebutuhan pengungsi sehari-hari tidak bergantung dari pemerintah, tetapi diupayakan secara mandiri oleh para relawan. Bantuan datang dari relasi-relasi sekolah, orangtua siswa, dan alumni universitas dari berbagai kota.

Sementara ini pasokan kebutuhan hidup pengungsi cukup untuk lima hari. ”Namun, kami masih kekurangan tenaga dapur umum,” kata Goro. Mereka hanya mampu memasak untuk 700 orang, sisanya mendapat bantuan dari gerakan 1.000 nasi bungkus. Sekitar 100 siswa menjadi relawan. Mereka dibantu siswa SMU De Britto Yogyakarta dan sejumlah relawan lain.

Di Pondok SMA Muhammadiyah Muntilan, pengungsi menempati aula pertemuan pondok, dan kebutuhan hidup mereka sementara ini ditanggung pondok dan sejumlah donatur. ”Kami belum tahu kegiatan pondok akan mulai kapan. Prioritasnya adalah memberikan para pengungsi tempat berteduh dahulu,” kata Taufik, salah satu pengelola posko Pondok SMA Muhammadiyah Muntilan.

Selain membantu masyarakat yang mengungsi di kampus, sejumlah mahasiswa di DIY juga mengajak pengungsi yang mengungsi di wilayah yang semula masuk zona aman untuk pindah ke kampus mereka. Mahasiswa UNY, misalnya, menjemput pengungsi di kampus Universitas Islam Indonesia yang telah dinyatakan masuk zona tidak aman 20 kilometer untuk pindah ke Gedung Olahraga (GOR) UNY. Sebanyak 590 pengungsi dari Desa Hargobinagun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, juga ditampung di GOR ini. Mahasiswa juga menjemput para pengungsi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, yang kelebihan orang. ”Kami khusus mencari warga Hargobinangun sehingga mereka bisa berkumpul dengan keluarga dan tetangganya di sini,” kata staf Hubungan Masyarakat Posko Merapi UNY, Akhmada Ash Shidiqy. UMY menyediakan tempat bagi pengungsi berkapasitas 1.000 orang. Saat ini baru 244 pengungsi yang mendiami tempat tersebut. Pengungsi yang mendiami adalah pindahan dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman.

Sarmi, salah seorang pengungsi, mengaku sudah pindah tujuh kali untuk mengungsi. Jika nanti dipindahkan ke UMY, genaplah delapan kali ia dipindahkan. Saat dikunjungi Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla, ia mengatakan ingin pulang ke rumahnya di Hargobinangun. ”Jangan pulang, ya, Bu, rumahnya kan lagi bahaya. Di sini kan juga enak. Makan tiga kali sehari,” kata Kalla. (HEN/ENY/ARA/MDN/THT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com