Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Informasi di Awal Bencana

Kompas.com - 30/10/2010, 04:35 WIB

Emmy Hafild

Gempa dan tsunami terjadi lagi di Sumatera Barat, tepatnya di Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Ratusan orang tewas dan ratusan lainnya hilang, jumlah yang cukup besar pada suatu populasi yang sangat kecil. Ini terjadi saat kita masih terguncang dengan lambat dan lemahnya pertolongan pertama pada korban banjir bandang di Wasior.

Kebetulan saya sedang berada di Padang saat peristiwa terjadi. Baru saja menyelesaikan Focus Group Discussion untuk rencana strategis penanggulangan bencana bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman, serta peresmian SDN dan puskesmas di kabupaten yang sama.

Saat gempa terjadi, saya sedang berada di lantai lima hotel tempat saya menginap. Walaupun saya mempunyai bekal dan pengetahuan bagaimana menghadapi gempa, tak urung saya cemas dan agak panik. Justru karena saya tahu sedang berada di Padang yang memang merupakan daerah rawan gempa dan diramalkan akan mengalami tsunami yang lebih hebat daripada Aceh.

Pegawai hotel memberikan petunjuk yang tepat bagi penghuni hotel di lantai kamar saya dengan menginstruksikan naik ke lantai yang paling atas. Di sana ada ruang luas yang biasa dipakai istirahat pegawai hotel, yang dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan apabila terjadi tsunami. Hati saya pun tenang: apabila tsunami terjadi, saya tahu ke mana harus berlindung.

Saya pun mempersiapkan diri untuk keadaan darurat, menyiapkan tas dengan kelengkapan senter, air, pisau, jaket, sepatu, dan diletakkan pada tempat yang gampang terjangkau apabila ada seruan evakuasi.

Saya pun berusaha mencari informasi di mana lokasi gempa, berapa kekuatannya, dan apakah akan terjadi tsunami. Saya telusuri saluran televisi lokal di kamar hotel, tetapi saya tidak menemukan informasi yang dibutuhkan. TVRI Padang tutup siaran pada pukul 23.00.

Saya mendapatkan informasi dari salah satu saluran televisi nasional bahwa gempa berkekuatan 7,2 skala Richter dengan episentrum 10 kilometer di kedalaman laut yang berjarak 78 kilometer sebelah barat Pulau Pagai Selatan. Gempa berpotensi tsunami, tetapi tidak dijelaskan di mana potensi tsunami terjadi.

Saya tidak mendapatkan informasi lokal, tidak mendapatkan bimbingan dari BPBD setempat apa yang harus dilakukan dan ke mana harus mencari informasi. Saya mencoba bertanya kepada pegawai hotel, mereka juga tidak dapat menjawab.

Satu-satunya sumber informasi saya adalah televisi nasional yang secara terus-menerus memberikan informasi. Sayangnya, tayangan hanya berisi informasi umum, tidak memenuhi kebutuhan informasi masyarakat lokal untuk menghadapi keadaan darurat dengan benar.

Pagi harinya televisi yang sama mewawancarai kepala BPBD Sumbar dan tidak ada informasi bahwa telah terjadi tsunami. Baru setelah saya sampai di Jakarta, pukul 17.00, televisi nasional menginformasikan bahwa telah terjadi tsunami di beberapa kampung di Pulau Pagai Selatan. Puluhan korban tewas dan ratusan hilang.

Selama hampir 24 jam, pemerintah dan BPBD Kabupaten Mentawai dan Sumatera Barat tidak mempunyai informasi yang akurat dan tepat mengenai apa yang terjadi. Padahal, mereka berwenang dan berada di lokasi yang terdekat dengan lokasi gempa. Mereka bahkan belum mampu mencapai daerah bencana dengan alasan cuaca sangat buruk.

Hal mutlak

Infrastruktur komunikasi dan sistem informasi bencana merupakan hal mutlak yang harus dibangun oleh pemerintah untuk menanggulangi bencana dan harus tetap berfungsi dengan baik apabila terjadi bencana.

Pusat-pusat informasi harus dibangun di lokasi-lokasi rawan bencana dan harus dapat menjangkau lokasi-lokasi yang paling terpencil sekalipun sehingga dengan cepat bisa menjaring informasi pertama tentang apa yang terjadi di lokasi bencana. Dengan demikian, tim penyelamat dan pertolongan pertama dapat berangkat ke lokasi dengan persiapan akurat sehingga dapat memberikan pertolongan pertama dan penyelamatan yang cepat, efektif, dan efisien.

Di sisi lain, warga juga bisa mendapat petunjuk yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan diri sehingga jumlah korban bisa diminimalkan.

Sistem komunikasi harus memanfaatkan seluruh sistem komunikasi yang ada, baik tradisional maupun modern. Komunikasi tradisional misalnya dengan kentungan, terompet, beduk, dan yang modern misalnya dengan radio, satelit, internet, telepon, telepon seluler, dan televisi. Semua saluran radio dan televisi, lokal dan nasional, juga operator telepon seluler diwajibkan untuk memberitakan informasi dan instruksi dari BPBD.

Informasi-informasi tentang penyelamatan dan evakuasi harus sampai kepada kantor pemerintah terdekat, rumah sakit, kantor pelayanan pemerintah, kantor LSM, serta saluran televisi dan radio lokal.

Saluran telepon darurat dibuka dengan operator yang dapat menjawab dan beroperasi 24 jam penuh untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat, dari cara dan ke mana menyelamatkan diri sampai informasi korban. Semua disiapkan dengan sistem yang saling mendukung, kalau salah satu saluran gagal berfungsi, maka yang lain segera mengisi.

Kejadian gempa dan tsunami di Pagai Selatan ini sekali lagi menunjukkan ketidaksiapan kita dalam menghadapi bencana. Oleh karena itu, bencana ini (sekali lagi) hendaknya menjadi momentum untuk segera membangun tata kelola dan tata laksana penanggulangan bencana yang baik, di mana sistem informasi dan komunikasi adalah bagian yang prinsipiil.

Kalau sejak dulu sistem ini dibangun, barangkali ratusan korban yang tewas dan hilang dapat dicegah karena pertolongan dan penyelamatan pertama dapat segera dilakukan.

Emmy Hafild Direktur Program Kemitraan untuk Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com