BANDUNG, KOMPAS.com - Kemungkinan erupsi Gunung Merapi yang bersifat eksplosif atau menyemburkan materi dan menutupi daerah lain, dinilai kecil. Perkiraan itu berdasarkan lava yang mengalir dan menunjukkan bahwa tekanan gas Merapi tak begitu besar.
Dosen Jurusan Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB) Asnawir Nasution di Bandung, Jumat (29/10), mengatakan, jika terjadi erupsi dengan letusan yang menyemburkan materi ke atas artinya tekanan gas di dalam gunung sangat tinggi.
"Akan tetapi, lava keluarnya mengalir dengan arah dominan ke selatan. Ada yang ke barat tapi tak begitu dominan," katanya.
Contoh letusan eksplosif yakni Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1982. Letusan itu dapat menyemburkan abu hingga nyaris menutupi langit di daerah lain dengan jarak puluhan bahkan ratusan kilometer (km).
Kalau melihat kondisi Merapi dan komposisi magmanya, kemungkinan letusan eksplosif kecil. Lama-lama kandungan gas akan terus berkurang, katanya. Erupsi pun akan berhenti sendiri. Soal waktu berhentinya erupsi, Asnawir mengatakan, bisa beberapa hari atau minggu.
"Karena itu, aktivitas Merapi harus terus dipantau. Warga setempat diminta mengungsi dan tidak kembali ke rumahnya dulu. Merapi adalah gunung berapi aktif sehingga wajar jika terjadi erupsi setiap dua, empat, enam, atau beberapa tahun sekali," katanya. (bay)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.