Boyolali, Kompas -
Titik api diam di puncak mulai terlihat Kamis malam. Titik api itu tanda magma sudah sampai puncak dan siap mengalirkan lava. Kemungkinan erupsi eksplosif akan kecil sekali. Munculnya titik api itu diikuti keluarnya awan panas pukul 21.45 dan didahului awan panas pukul 19.50 berskala kecil dengan durasi 2-4 menit ke arah selatan di lintasan Kali Gendol, Sleman.
Material awan panas diduga mengarah ke Kali Gendol di Sleman, DI Yogyakarta, sedangkan asap awan panas mengarah ke barat, yakni Kabupaten Magelang.
Retijo, petugas Pos Pengamatan Ngepos di Kecamatan Srumbung, Magelang, mengatakan sampai kemarin jarak dan sebaran awan panas belum diketahui, tetapi masyarakat diminta waspada karena Merapi masih membahayakan.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono mengatakan, titik api ini menunjukkan ciri khas erupsi Merapi yang diikuti kemunculan kubah lava sebelum meluncur sebagai lava pijar.
Wakil Presiden Boediono, di Solo, kemarin, menyatakan, pemerintah menerima semua masukan dan kritik yang ditujukan kepada pemerintah terhadap manajemen penanggulangan bencana selama ini.
Wapres Boediono mengatakan hal itu saat memberikan sambutan pada acara Peringatan Ke-82 Sumpah Pemuda di Stadion Manahan, Solo. ”Pemerintah berusaha terus-menerus memperbaiki manajemen penanggulangan bencana agar lebih baik lagi di masa datang,” katanya. Ia menambahkan, ”Di tengah perayaan Sumpah Pemuda yang diselimuti suasana duka akibat korban yang jatuh dari rangkaian bencana itu, kita tidak punya pilihan kecuali harus bahu-membahu dan memperkuat serta saling menolong.”
Sebelumnya, Bibit Waluyo menceritakan bagaimana ia memberikan pengertian kepada sejumlah warga di Kabupaten Klaten yang semula ingin bertahan. Menurut Bibit, akhirnya sekitar 300 warganya yang semula tetap bertahan di lereng Gunung Merapi memutuskan turun dan mengungsi.