Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Letusan Merapi Belum Berakhir

Kompas.com - 27/10/2010, 05:58 WIB

Mbah Maridjan diketahui sejak sore bertahan saat letusan Merapi terjadi. Sebelum letusan ia tengah shalat maghrib dan menolak dievakuasi meski gemuruh dari arah Merapi dan kabut sangat tebal menutupi. ”Dulu-dulu memang selalu mendung dan kabut seperti ini pas Merapi njeblug. Ora tau dibuka, ditutup terus (tidak pernah dibuka, ditutup terus),” kata Mbah Maridjan kepada sejumlah wartawan.

Letusan dan awan panas

Letusan Gunung Merapi terjadi sekitar 35 jam sejak statusnya dinaikkan menjadi Awas. Letusan eksplosif gunung di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng) itu diikuti hujan abu yang meluas. Satu korban meninggal, belasan lainnya dirawat karena luka bakar parah.

Dari data kronologi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi di Yogyakarta, yang ditandatangani Surono, fase awal erupsi ditandai munculnya awan panas (wedhus gembel) pukul 17.02 dengan durasi sembilan menit.

Luncuran pertama diikuti lima luncuran awan panas berdurasi 2-5 menit dan dua awan panas besar pada pukul 17.42 selama 33 menit dan 18.21 selama 33 menit. Arah luncuran terpantau ke sektor barat-barat daya dan sektor selatan-tenggara. Gelombang awan panas itu mereda pukul 18.54.

Pada saat itu juga, BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi mengevakuasi diri karena dampak letusan bisa mengarah ke segala arah.

Sampai Selasa malam, pencarian dan evakuasi korban masih dilakukan. Semalam, tujuh pasien luka bakar dibawa ke RS Panti Nugroho, Sleman. Empat di antaranya dirujuk ke RS Dr Sardjito. Di Rumah Sakit Bethesda terdapat dua pasien luka bakar. Mereka adalah pasien rujukan RS Grhasia, Pakem. (ENG/IRE/ARA/WKM/PRA/GSA/EGI/MZW/GAL/SET)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com