Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Cheng Ho, Antitesis Benturan Peradaban

Kompas.com - 17/10/2010, 04:19 WIB

MUNAWIR AZIZ

Cheng Ho menjadi penanda kontak budaya antara Nusantara dan China melalui ekspedisi maritim abad ke-15. Rombongannya melaksanakan misi diplomasi, negosiasi budaya, hingga penyebaran agama. Pembuktian antitesis terhadap argumen Samuel P Huntington tentang benturan peradaban yang menjadi perbincangan akademis bertahun-tahun.

Selain tercatat dalam dokumen sejarah, jejak Cheng Ho (Zheng He) masih dapat dilacak lewat peninggalan arkeologis di beberapa kota di pesisir Jawa ataupun Pasai (Aceh) dan Kukang (Palembang). Nama Cheng Ho, yang terdengar gagah dan karismatik, tumbuh lewat sejarah lisan sebagai penduduk di Cirebon, Semarang, Lasem, Tuban, Gresik, dan Surabaya.

Buku karya Tan Ta Sen ini mulanya disertasi di Jurusan Sejarah Universitas Indonesia. Sebelumnya, ia menulis Cheng Ho and Malacca (2005) dan beberapa naskah terkait ekspedisi Cheng Ho. Tan Ta Sen kini menjabat sebagai Presiden International Zheng He Society dan Direktur Cheng Ho Cultural Museum, Malaka.

Pada buku ini, Tan Ta Sen menghadirkan pendapat bahwa ekspedisi Cheng Ho didasari misi kontak kebudayaan dengan jalur diplomasi. Ia menampik argumen Geoff Wade (2005), Bokwahan (1975), dan Pan Hui Li (1979) bahwa pelayaran Cheng Ho dianggap sebagai purwakolonialisme maritim Dinasti Ming. Data maupun riset yang disajikan lewat buku ini juga ingin menghadirkan antitesis terhadap argumen Samuel P Huntington tentang benturan peradaban (the clash of civilization) yang menjadi perbincangan dunia akademis selama bertahun-tahun.

Misi

Siapakah sebenarnya Laksamana Cheng Ho? Bagaimana hingga ia disebut dengan khusyuk oleh mayoritas warga Tionghoa- Jawa di wilayah pesisir? Dalam Riset Tan Ta Sen, yang didasarkan sejarah resmi Dinasti Ming (Mingshi), Cheng Ho lahir pada 1371 di distrik Kunyang, Provinsi Yunnan, wilayah Tiongkok yang sejak lama dihuni bangsa China muslim. Cheng Ho merupakan putra dari Ma Hazhi (Haji Ma) yang beragama Islam.

Setelah ayahnya terbunuh pada pertempuran di Yunnan, Cheng Ho kemudian dibawa ke Beijing untuk mengabdi kepada Raja Zu. Ia berjasa dalam bidang militer dan pernah menyelamatkan nyawa Raja Zu ketika melawan Kaisar Jiwen. Atas jasanya itu, ia mendapat gelar Zheng serta diangkat menjadi kasim istana. Masa inilah yang menjadi penanda karier dan pengabdian Cheng Ho. Atas dukungan Dinasti Ming, pada 1405 ia memulai lawatan budaya ke pelbagai negeri untuk menuntaskan misi diplomatik.

Dalam amatan Tan Ta Sen, ada lima tujuan pokok misi Cheng Ho. Pertama, pelayaran-pelayaran bermotif politik. Kedua, diplomasi. Misi ini sejalan dengan menurunnya kedatangan misi kehormatan kepada Dinasti Ming dan keinginan kuat untuk memainkan peran sebagai pelindung wilayah dan perdamaian. Ketiga, memajukan perdagangan luar negeri. Lawatan ini berdampak positif pada misi kebudayaan dan perdagangan China ke negeri lain. Keempat, kampanye budaya China ke negeri-negeri Afrika-Asia. Cheng Ho memperkenalkan adat istiadat, kalender, almanak, dan gaya hidup orang China ke daerah-daerah yang dikunjungi. Kelima, mempelajari dunia maritim terdepan yang belum terpetakan. Kapal-kapal Cheng Ho dilengkapi dengan alat navigasi yang berfungsi memetakan kondisi geografis dan astronomis. Keenam, kunjungan armada Cheng Ho ke Hormuz bertujuan membentuk persekutuan militer dengan Timur—orang kuat Muslim Turki—di Asia Tengah guna mengalahkan pasukan Mongol (hlm 223-227).

Kontak budaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com