Saat dikonfirmasi dari Kota Samarinda semalam, Direktur Intelkam Kepolisian Daerah Kaltim Komisaris Besar Rudi Pranoto hanya membenarkan adanya bentrokan itu. ”Ya, ya, ya, kami masih berusaha mengatasi situasi ini,” katanya singkat.
Korban tewas belum diketahui identitasnya. Korban luka dikabarkan bernama Yudi dan Kalun. Sejumlah warga dan wartawan Tribun Kaltim yang dihubungi per telepon mengatakan, dua kelompok massa itu tiba-tiba berhadapan di simpang empat Grand Tarakan Mall dan bentrok pukul 21.30 Wita. Semua aktivitas usaha langsung terhenti.
Sebelumnya, sore hari, satu rumah di kawasan Juata Kerikil dibakar sekelompok orang yang belum diketahui identitasnya.
Sebagaimana diberitakan, Senin lalu terjadi bentrokan dan kerusuhan di kota tersebut. Bentrokan melibatkan warga setempat dan warga pendatang.
Bentrokan dipicu kematian seorang tokoh adat yang juga imam masjid bernama Abdullah (45), Minggu malam. Abdullah meninggal dunia akibat mengalami banyak luka tusukan setelah berupaya melerai perkelahian yang melibatkan anaknya.
Kepolisian Resor Kota Tarakan kemarin menyatakan telah menahan tiga tersangka penganiayaan/pengeroyokan Abdullah. Mereka berinisial Br (20), Aa (16), dan Ln (20).
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Kaltim Komisaris
Penangkapan ketiga tersangka itu, lanjut Wisnu, terdengar oleh massa yang prihatin dan mendukung pihak korban. Mereka kemudian mendatangi Kantor Polresta Tarakan pukul 14.00 dan menuntut agar tersangka diserahkan kepada mereka.
Polisi berupaya meredam kemarahan itu dengan mempersilakan perwakilan massa melihat tersangka dan meminta mereka memercayai proses hukumnya kepada polisi. ”Akhirnya, mereka setuju,” ujar Wisnu.
Wakil Wali Kota Tarakan Suhardjo Trianto mengatakan, polisi, pemerintah, dan kelompok warga sepakat, pengeroyokan yang menyebabkan tewasnya Abdullah adalah murni tindak pidana dan tidak terkait dengan latar belakang kesukuan.