Kupang, Kompas -
Sekitar 6.000 warga perbatasan yang berada di bawah naungan paroki Santa Maria Mater Dei Oepoli di Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Senin (27/9), mendesak TNI meminta maaf kepada korban dan lembaga keagamaan, yakni gereja dan Keuskupan Agung Kupang.
Gregor Tunbaba (49), salah satu tokoh masyarakat Oepoli di Kupang, Senin, mengatakan, pemukulan terhadap Pastor Beatus Ninu Pr atau dipanggil Bento, Kamis lalu, oleh anggota TNI di hadapan warga setempat sangat memalukan. Saat itu ribuan warga sedang siap menunggu kedatangan pastor baru.
”Ada anggota TNI yang sedang mabuk berat melakukan keributan. Mereka berteriak-teriak tak jelas sasarannya, kemudian mendapat teguran dari pastor. Beberapa saat kemudian tiga oknum TNI datang dari arah belakang dan langsung memukul pastor,” katanya.
Tunbaba mengatakan, pascapenganiayaan itu warga takut keluar rumah. Mereka tidak pergi ke ladang atau sawah untuk bekerja karena takut terhadap keberingasan anggota TNI.
Persatuan Pastor Projo Keuskupan Agung Kupang menyatakan penyesalan atas kejadian itu. Mereka mendesak pimpinan TNI di NTT segera bertindak tegas terhadap pelaku penganiayaan itu.
Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Kolonel (Art) I Dewa Ketut Siangan berjanji tetap memproses pelaku penganiayaan itu. Ia mengatakan, TNI tidak pernah bertindak melindungi anggota yang terbukti melanggar peraturan, apalagi melukai rakyat. TNI selalu bertindak sesuai dengan prosedur.