Bandar Lampung, Kompas -
Pengarahan ini dilakukan seusai pelantikan pasangan wali kota dan wakil wali kota bandar lampung terpilih, yaitu Herman HN dan Tobroni Harun.
Ia bercerita, pada masa kecilnya di sekitar Bukit Kunyit masih ada benteng bekas tentara Jepang. ”Sedih sekali. Sekarang hancur semua,” ungkapnya. Untuk itu, ia berharap wali kota yang baru bisa memberikan perubahan terkait masalah lingkungan.
Dia menegaskan, praktik tata ruang di Bandar Lampung saat ini semrawut. Misalnya, kawasan Kedaton kini penuh sesak oleh kampus. ”Semua kampus ada di sini. Jadi bikin macet. Seharusnya kampus-kampus ini disebar-sebar,” ujar dia.
Tentang rencana pembangunan proyek kota menghadap air yang digencarkan Wali Kota Bandar Lampung terdahulu, Eddy Sutrisno, ia mengatakan, ”Sebaiknya dipelajari matang. Sepanjang itu untuk keindahan dan penataan yang mendukung lingkungan, kenapa tidak? Tetapi, jika merusak lingkungan, ya jangan.”
Proyek kota menghadap air di pesisir teluk Kota Bandar Lampung telah dicanangkan pada akhir 2009. Pencanangannya dimulai dengan pembangunan gerbang depan kota menghadap air di kawasan Bukit Kunyit yang sekarang hancur lebur akibat aktivitas penambangan liar.
Program WFC akan mencakup luas areal 1.447 hektar, tersebar di tiga kecamatan, yakni Panjang, Telukbetung Selatan, dan Telukbetung Barat. Di sana akan dibangun perumahan, ruko-ruko, hotel, resor, restoran, serta sebuah pelataran menghadap laut.
Wali Kota Herman HN mengatakan, pada awal masa tugasnya akan diprioritaskan pembangunan infrastruktur, khususnya jalan. Herman-Trobroni terpilih sebagai wali kota dan wakil wali kota Bandar Lampung pada pilkada 30 Juli lalu.