Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat Jalan Ali Rahmat!

Kompas.com - 13/09/2010, 03:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — April lalu, Ali Rahmat (5) tak henti menangis di gendongan ibunya, Ani Sumarni (22). Mereka berdua duduk di tepi jalan di sudut kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Ibu dan anak itu menemani Nurdin (26), suami sekaligus bapak Ali, yang tengah mengasong rokok.

Sejatinya, keluarga asal Tasikmalaya ini tengah bingung mencari biaya pengobatan untuk bocor ginjal yang sudah diderita Ali empat tahun lamanya. Hasil penjualan rokok jelas tak mampu memenuhi beban biaya pengobatan yang kala itu telah menyedot ongkos sekitar Rp 10 juta.

Sejak diwartakan di Kompas.com pada Senin (26/4/2010), sejumlah komentar dan telepon masuk silih berganti ke redaksi. Kebanyakan dari mereka menanyakan apakah pengelola situs ini bisa memfasilitasi bantuan pembaca untuk Ali.

Alhasil, beragam komentar dan simpati terus berdatangan. Tidak cukup itu, sumbangan uang pun terus mengalir ke rekening yang dibuat khusus untuk menampung kepedulian pembaca demi kesembuhan Ali. Dalam tempo dua bulan  sejak 29 April 2010 hingga 31 Mei 2010 terkumpul Rp 169.646.187.

Dana kemanusiaan pembaca ini akhirnya diserahkan secara bertahap kepada Nurdin di rumah kontrakannya di kawasan Paseban, Senen, Jakarta Pusat, pada 4 Juni 2010. Rasa haru menyelimuti keluarga yang tergolong tidak mampu ini. Berulang kali mereka mengucap syukur atas bantuan pembaca sembari menyeka air mata.

Tak cuma itu. Pintu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) langsung membuka pengobatan secara gratis buat Ali. Padahal sebelumnya, Nurdin mengaku kesulitan mengurus perizinan meski ia sudah mengantongi surat rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk tindakan pengobatan di rumah sakit rujukan nasional tersebut.

Selama kurun waktu tiga bulan itulah Ali terus masuk-keluar RSCM untuk kontrol penyakitnya. Dibutuhkan waktu tiga hingga empat hari dalam seminggu untuk mengontrol kondisi Ali. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, atau Jumat menjadi agenda rutin kunjungan Ali ke RSCM. Meski beberapa kali ngedrop, beberapa kali pula Ali bisa terselamatkan di rumah sakit tersebut.

Ali juga sempat pulang ke rumahnya di kampung Baleendah, Tasikmalaya. Terhitung, sudah dua kali ia pulang.

Meski hanya tinggal 2-3 hari di rumah, waktu itu cukup bagi Ali untuk melampiaskan kegemarannya naik delman. Selebihnya Ali harus menghabiskan hari-harinya dengan jadwal kontrol yang ketat di RSCM.

Terakhir, Ali mudik saat malam takbiran, Kamis (9/9/2010). Sebelum pulang, Ali menjalani kontrol secara paralel hingga siang harinya. Ini terjadi karena beberapa dokter yang menanganinya sudah mengambil libur Lebaran. Makanya, kontrol Ali harus dilakukan dengan cepat. Pihak RSCM juga sudah menjadwalkan pengontrolan kembali terhadap kondisi Ali pada Selasa (14/9/2010).

Memburuk Untung tak dapat diraih, malang tak dapat diduga. Kondisi Ali memburuk pada Jumat (10/9/2010) sore. Di tengah suasana Lebaran di kampungnya, kondisi bocah lima tahun ini menurun, ditandai dengan kejang-kejang dan susah bernapas. Nurdin pun melarikannya ke RSUD Tasikmalaya. Hingga Minggu sore, kondisi Ali justru semakin memburuk.

Akhirnya sekitar pukul 21.35, Ali mengembuskan napasnya yang terakhir di ruang ICU rumah sakit tersebut. Sekitar pukul 21.55, Nurdin baru mengontak kami mengenai kabar buruk tersebut. Dengan terbata-bata, Nurdin menjelaskan keadaan Ali sebenarnya.

Kini Ali telah mendapatkan jalan yang terbaik dari Sang Pencipta. Ia langsung dimakamkan di TPU di kampungnya pada Senin ini pukul 13.00.

Di ujung telepon, Nurdin sempat menyelipkan sebentuk kalimat. "Terima kasih, terima kasih kepada semuanya atas pertolongan kepada Ali. Barang kali kalau tidak ada bapak-bapak, ibu-ibu, Ali sudah dipanggil dulu-dulu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com