Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Terkaya di Asia Tenggara

Kompas.com - 11/09/2010, 07:56 WIB

POZNAN, KOMPAS.com — Warisan budaya seperti yang muncul dalam bentuk bangunan tua di sejumlah kota tidak hanya menjadi saksi kunci perjalanan kota itu dan sejarah manusia di dalamnya. Bangunan bersejarah juga dapat menjadi sarana membangun solidaritas, identitas, dan kebanggaan nasional. Untuk itu, warisan budaya seperti bangunan tua harus terus dilestarikan.

Demikian salah satu pemikiran yang muncul dalam Pertemuan Para Menteri Kebudayaan Asia dan Eropa (Asia-Europe Culture Minister Meeting/ASEM) yang keempat di Poznan, Polandia, pada 9-10 September 2010.

Menanggpi hal ini, Junus Satrio Atmodjo, Direktur Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, yang ikut dalam pertemuan itu, menuturkan, di Indonesia saat ini sudah terdaftar sekitar 8.000 peninggalan purbakala berupa bangunan dan situs.

Peninggalan itu terbagi dalam beberapa kelompok, seperti warisan zaman prasejarah, Hindu-Buddha, Islam, zaman kolonial, hingga zaman modern seperti monumen nasional. Benda purbakala ini juga masih ada yang digunakan seperti Stasiun Kereta Api Kota, Jakarta.

"Jika dihitung dengan peninggalan lain seperti patung, jumlah warisan budaya kita bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu," kata Junus.

Dia menambahkan, di Indonesia juga sudah ada benda purbakala yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia, yaitu situs prasejarah di Sangiran, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.

Dengan kondisi ini, untuk Asia Tenggara, jumlah dan jenis warisan budaya di Indonesia adalah yang paling banyak. "Jika untuk kawasan Asia, mungkin China yang paling banyak," tutur Junus.

Ia menambahkan, berbagai warisan budaya tersebut juga dapat menjadi obyek wisata. Ini karena ada dua kategori besar yang dicari wisatawan, yaitu keindahan alam dan keindahan budaya. Warisan budaya masuk dalam keindahan budaya.

Namun, pengelolaan berbagai warisan budaya di Indonesia sering kali menghadapi berbagai persoalan, seperti terbatasnya anggaran hingga banyaknya kepentingan atau pandangan lain yang berkembang.

"Sebagai contoh kasus Masjid Agung Banten. Kami telah menetapkan tempat itu sebagai warisan budaya sehingga bentuk aslinya harus terus dipertahankan. Namun, ada anggota masyarakat yang merasa perlu membangun masjid itu sebagai bentuk ucapan syukurnya," tutur Yunus. Untuk mengatasi hal ini, lanjut dia, pendekatan dan komunikasi harus terus dilakukan kepada masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com