Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hibur Pengungsi, SBY Malah Dikritik

Kompas.com - 08/09/2010, 03:01 WIB

Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke lereng Gunung Sinabung, Sumatera Utara, Senin dan Selasa (6-7/9), rupanya mengingatkannya saat mengunjungi pengungsi di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, 17 Mei 2006.

Empat tahun lalu Presiden dan rombongan menginap di lapangan Balai Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi.

Bersama istrinya, Ny Ani Yudhoyono, Presiden bermalam di tenda Departemen Sosial berwarna biru putih. Sebelum beranjak tidur, Presiden bermain gitar bersama tenaga SAR (Kompas, 18/5/2006).

Gangguan kejiwaan

Empat tahun kemudian, hati Presiden Yudhoyono mengaku senang saat mendengarkan anak-anak pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di lokasi penampungan Jambur Sempakata, Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatera Utara, Senin, bernyanyi riang. Sejumlah lagu, di antaranya lagu ”Di Sini Senang dan di Sana Senang”, dinyanyikan di bawah tenda hijau milik TNI.

”Itu cara agar anak-anak tidak bosan di tempat pengungsian dan terjadinya gangguan kejiwaan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberikan hiburan kepada anak-anak maupun orangtua yang sudah berhari-hari di tempat penampungan,” kata Presiden saat memberikan arahan kepada pejabat dan petugas penanganan korban letusan Gunung Sinabung di Pendopo Kabupaten Tanah Karo, Senin.

Hadir dalam acara itu Gubernur Sumut Syamsul Arifin, Bupati Tanah Karo Daulat Daniel Sinulingga, dan rombongan menteri serta pejabat lainnya.

Menurut Presiden, banyak cara untuk menghibur para pengungsi. Namun, bagi Presiden Yudhoyono yang berkali-kali datang mengunjungi para pengungsi korban bencana letusan gunung, seperti di Kediri (Gunung Kelud), Jawa Tengah (Gunung Merapi), dan Padang (Gunung Talang), beberapa tahun lalu, tidak begitu mudah menjalankannya.

Niat baik kadang kala dianggap salah. Presiden Yudhoyono pun mencurahkan hatinya. Ia pernah mendapat kritik pedas saat ia sebenarnya ingin menghibur para pengungsi bencana alam dengan cara bermain gitar.

”Waktu itu saya bermalam di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, tempat pengungsian, dan ikut menghibur dengan main gitar bagi penduduk di lokasi penampungan. Akan tetapi, ternyata saya dikritik pedas di Jakarta. Saya dinilai tidak semestinya orang sedang susah, tetapi bermain gitar,” ungkapnya.

Padahal, kata Presiden, para pengungsi itu ingin menghilangkan kebosanannya dan bersukaria. ”Dan, saya ingin memotivasi dan memberikan semangat. Kita tahu dalam situasi seperti ini, memang menghadapi situasi yang tidak mudah. Sebab, orang melihat dari sudut berbeda,” paparnya lagi.

”Itulah hidup, itulah politik. Oleh karena itu, kalau Saudara yakin benar bahwa tujuannya benar, laksanakan. Jangan dengar kiri-kanan. Karena yang penting, rakyat dilayani dan dibantu,” demikian Presiden.

Sebelumnya, di tempat yang sama, Presiden juga meminta agar aparat terus bekerja meskipun banyak kritik akibat penanganan pengungsi dinilai masih kurang baik dan lambat. ”Dinilai kurang baik, lambatlah, dan lain-lainnya. Akan tetapi, jangan kecil hati. Sebab, kita bertujuan menolong untuk kemanusiaan dan demi bangsa,” kata Presiden lagi. (suhartono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com