Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Baju Dinas" sampai Sewa Bayi

Kompas.com - 06/09/2010, 09:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kampung Lio, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/9/2010) sekitar pukul 07.00, tampak muram. Keluar dari kamar petak sewaan, Talem (46) melintasi deretan lapak pemulung, tumpukan sampah, dan got berbau menyengat. Sambil menenteng kantong plastik berisi ”baju dinas”, ia berangkat.

Di jalan raya dekat rel kereta Depok-Bogor, perempuan gempal berkulit legam itu naik bus. Membayar tarif penuh, dia tak berbeda dengan penumpang lain.

Turun di Mampang, Jakarta Selatan, Talem lantas menyelinap ke sebuah gang sepi. Dia mengeluarkan baju dinas dari kantong plastik dan memakainya.

Baju dinas itu berupa kebaya lengan panjang yang robek sana-sini serta sarung merah lusuh. Kepalanya dikerudungi dengan kain kusam. Dengan penampilan memelas, dia meminta-minta dari rumah ke rumah di Mampang.

”Kalau pakai baju biasa, takutnya orang-orang enggak mau ngasih,” katanya menjelaskan soal baju dinas, Senin.

Talem, warga Jumbleng, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, mengemis di Jakarta bersama suaminya, Marta (50), sejak dua tahun terakhir. Jalan itu ditempuh setelah Talem menjalani operasi rahim dan terbelit utang jutaan rupiah.

Pengemis lain, Atika (35), warga Citayeum, Bogor, Jawa Barat, mengerahkan empat anak berusia 5-12 tahun untuk memancing iba di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Saat buka, tarawih, hingga sahur, empat anggota ”pasukan” itu mengacungkan tangan sambil memelas. Perempuan itu mengawasi sambil berjualan kantong dan air mineral serta menggendong anak bungsunya yang berusia 1,5 tahun.

Atika dan suaminya mengemis sejak tiga tahun lalu. Sebelumnya, mereka menggelandang karena tak mampu membayar kontrakan. Suaminya terkena PHK dari pekerjaannya sebagai kernet. ”Tiap malam selama Ramadhan, kami menginap di Istiqlal. Pagi pulang karena anak-anak sekolah,” katanya.

Mudahnya anak-anak memancing simpati menumbuhkan usaha sewa bayi di sekitar permukiman pengemis. Contohnya, di Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur. ”Ada bayi disewakan di sekitar sini, Rp 30.000 sehari,” kata Sapturi (27), pengemis.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com