Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Petani Cabai dan Konsumen Merasa "Merdeka"

Kompas.com - 19/08/2010, 03:32 WIB

Tiga ton cabai merah besar dan cabai keriting habis terjual dalam waktu kurang dari 1,5 jam dalam pasar murah di anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (15/8). Cabai segar seharga Rp 30.000 per kilogram itu benar-benar menyedot minat belanja konsumen yang umumnya ibu rumah tangga.

”Kualitas cabainya jauh lebih bagus dari cabai yang dijual lebih mahal di pasar,” tutur Herawati (38), warga Jalan Kakatua, Makassar. Konsumen amat terbantu dengan pasar murah. Harga cabai merah di pasar mencapai Rp 45.000 per kg.

Ia mengapresiasi inisiatif Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel yang mendatangkan kelompok tani dari beberapa sentra cabai di Sulsel, seperti Kabupaten Enrekang, Jeneponto, Maros, dan Gowa. Cabai merah berkualitas terbaik yang dibawa para petani turut mengangkat citra pasar murah.

”Saya berharap Pemprov Sulsel secara rutin memberi kesempatan kepada petani untuk memanggungkan hasil garapan mereka,” kata Syarifuddin (45), warga Jalan Lasinrang.

Rona kebahagiaan terpancar dari wajah Baidarus (40), petani cabai dari Kecamatan Camba, Maros. Ia menikmati ”kemerdekaan” untuk menjual langsung hasil panen bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pattiro Deceng yang ia pimpin. ”Kesempatan ini sangat bermanfaat bagi petani karena memutus mata rantai tata niaga cabai,” katanya.

Hal serupa dirasakan Hasnan (27), petani cabai dari Kecamatan Anggeraja, Enrekang.

Selama ini, petani cabai terimpit jeratan tengkulak. Menurut Baidarus, 80 persen dari sekitar 1.000 petani cabai di Maros menjual hasil panen ke pengepul. Mereka tergiur dengan uang tunai yang ditawarkan tengkulak ketimbang bergabung dengan Gapoktan.

Selain di Kecamatan Camba, Gapoktan cabai juga ada di Kecamatan Tanralili, Maros. Jumlah anggota kedua Gapoktan itu kurang dari 200 petani akibat keterbatasan modal. ”Gapoktan yang saya kelola hanya memiliki modal Rp 150 juta sehingga sulit merangkul banyak petani. Pada umumnya mereka memilih hasil panen langsung dibayar tunai oleh pengepul,” kata Baidarus.

Pilihan itu membuat para petani cabai tidak ikut menikmati lonjakan harga cabai merah yang sempat mencapai Rp 60.000 per kg di Makassar. Saat itu, harga cabai di tingkat petani hanya Rp 20.000 per kg.

Hasnan berharap, pemerintah berperan lebih konkret. Pasar murah dinilai hanya solusi sesaat. Ia berpendapat, pemerintah mestinya membangun akses tata niaga bagi petani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com