Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartunis 'Oom Pasikom' GM Sudarta Sakit

Kompas.com - 16/08/2010, 12:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalau di harian Kompas edisi Sabtu (14/8/2010), persisnya di rubrik “Opini” halaman 6 masih terpapar gambar kartun editorial “Oom Pasikom”, itulah bagian penting dari daya hidup seorang Gerardus Mayela Sudarta atawa lebih populis diakrabi sebagai GM Sudarta.

Hidupnya seperti didedikasikan sepenuhnya untuk seni kartun. Padahal, sehari sebelumnya, tulang kering (tibia) kaki kirinya harus dioperasi untuk dipasang platina. Ini terpaksa dilakukan setelah kartunis kelahiran Klaten tersebut terjatuh di kamar mandi. Dan semuanya ini—ya operasi tulang kaki, berkarya meneruskan “nyawa” Oom Pasikom di Kompas, dan pemulihan serta mengontrol kesehatannya—dilakukannya di Ruang Carolus lantai 5 nomer 28, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Selain patah tulang kaki, setidaknya dalam setahun terakhir ini GM Sudarta mengidap penyakit kronis yang tengah menggerogoti tubuhnya: Hepatitis C. Dokter memvonis penyakit itu berjangkit di tubuhnya justru ketika dia tengah menjadi dosen tamu di kampus Universitas Seika, Kyoto, Jepang.

Maka, kontrak kerjanya sebagai pengajar mata kuliah Seni Kartun mulai tahun 2008, harus diputusnya di tengah jalan saat baru memasuki kurun satu setengah tahun dari lima tahun yang telah direncanakan.

Berat memang. Namun itulah "pilihan" yang mesti ditentukannya. Dengan kondisi seperti itu di Jepang, dia merasa sangat kerepotan karena tidak tinggal bersama keluarga, ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang jauh lebih mahal ketimbang di Indonesia.

Di Indonesia pun, ayah dari dua gadis kembar yang cantik itu tak lagi menempati rumahnya di pinggiran kota Klaten yang sebelumnya seperti jadi “terminal terakhir” setelah puluhan tahun menetap dan memacu karier di Jakarta.

GM memilih tinggal di sisi utara kota Yogyakarta, tak jauh dari terminal Jombor. Dengan demikian, praktis rumah yang berpekarangan seluas 1.000 meter persegi di Klaten itu ditinggalkan. “Jadi rumah hantu kayaknya,” canda kartunis yang 20 September ini memasuki usia 65 tahun.

Penyakit Hepatitis C itulah yang mengharuskannya menetap di kota Gudeg kini. Paling tidak, dalam seminggu sekali dia mesti mengontrol kesehatannya yang berkait dengan penyakit peradangan hati. Dan suntikan anti-hepatitis C yang masih cukup langka mesti diberikan untuk menjaga kesehatannya. Ini hal yang belum bisa dilakukan di rumah sakit di Klaten.

Sementara di Yogyakarta yang memiliki rumah sakit dengan fasilitas relatif cukup lengkap (dan relatif lebih murah daripada di Jakarta) bisa dijangkaunya dengan menetap di pinggiran kota Yogya.

Tapi jelas, jer basuki mawa beya. Semua ikhtiar tetap membutuhkan dana. Dan ini tidak murah. Peraih penghargaan jurnalistik Adinegoro untuk bidang karikatur pada tahun 1983 hingga 1987 ini harus mengeluarkan banyak dana demi kesehatannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com