Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rabies Meluas Sulit Dikendalikan

Kompas.com - 14/08/2010, 03:52 WIB

Jakarta, Kompas - Penyakit rabies kian meluas dan sulit dikendalikan. Sejumlah daerah yang tadinya tidak terdapat kasus rabies mulai terjangkit penyakit tersebut. Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies menjadi dua kali lipat dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti mengungkapkan hal tersebut dalam temu media, Jumat (13/8) di Jakarta. Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun terakhir.

Pada tahun 2008 terdapat 20.926 kasus gigitan hewan penular rabies dengan 104 orang meninggal karena rabies. Tahun 2009 jumlah gigitan 42.106 kasus, sedangkan korban meninggal karena rabies adalah 137 orang.

”Tahun ini, sampai dengan bulan Agustus, jumlah gigitan hewan penular rabies 40.180 kasus dengan kematian 113 orang. Angka ini bisa bertambah, termasuk kematian. Korban gigitan tidak mendapat pertolongan yang benar, bisa saja merasakan gejala rabies dua hingga enam bulan kemudian. Saat itu sudah terlambat untuk ditolong,” ujarnya.

Kasus rabies juga meluas. Sejak November 2008, kasus rabies menyebar di Bali—yang sebelumnya tidak pernah ada kasus. Dimulai di Kabupaten Badung lalu menyebar di lima kabupaten lainnya di Bali. Sepanjang tahun 2010 terjadi kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terjangkit rabies. Kasus di Sumatera Barat, yang mayoritas pemeluk Islam, juga tinggi. Para warga di Sumbar banyak yang memelihara anjing untuk kepentingan berburu. Total 24 provinsi melaporkan kasus rabies di daerahnya dan sejauh ini hanya 9 provinsi bebas dari rabies.

Bali prioritas

Rita mengatakan, Bali menjadi prioritas penanganan. Telah ada kerja sama lintas departemen antara lain Kementerian Pertanian untuk mengendalikan rabies pada hewan dan Kementerian Kesehatan guna menangani korban manusia. Dari 500.000 anjing yang diperkirakan ada di Bali, sekitar 360.000 anjing sudah divaksinasi ”Vaksinasi pada hewan terus dilakukan hingga semua anjing tervaksinasi,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan kini mengupayakan agar sekitar 80 persen vaksinasi bagi manusia yang tergigit anjing dapat terpenuhi. Dengan persentase tersebut, setidaknya perlindungan telah memadai.

Dia mengatakan, Bali jadi prioritas karena merupakan daerah kunjungan turis mancanegara. Sejauh ini belum ada korban warga negara asing. Untuk Bali, vaksinasi antirabies (VAR) bantuan Kementerian Kesehatan adalah sebanyak 2.980 kuur atau 11.920 vial (2008-2010), dari WHO sebanyak 7.800 kuur atau 31.200 vial ((2009-2010), dan provinsi, kabupaten dan kota lainnya 19.469 kuur atau 77.876 vial.

”Vaksinasi selalu kurang karena setiap ada warga digigit anjing lantas divaksinasi. Padahal, belum tentu itu gigitan anjing dengan rabies. Pemberian VAR pada dasarnya terseleksi apabila gigitan berisiko. Serum antirabies diberikan jika gejala masih awal dan anjing yang menggigit positif rabies,’ ujarnya. Untuk VAR masih terbilang mahal. Dana Rp 1 miliar hanya dapat memberikan perlindungan ke 1.500 orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com