Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Nyadranan' untuk Kelestarian Hutan- Air

Kompas.com - 12/07/2010, 14:10 WIB

GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Pengelola Hutan Rakyat Wonosadi Duren, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (12/7/2010) menggelar  upacara tradisi ’nyadranan’. Upacara ini bertujuan menjaga kelestarian hutan dan ketersediaan sumber mata air.       "Tradisi 'nyadaranan' ini dilakukan setiap tahun sekali setelah musim panen sebagai ucapan terima kasih atas jasa leluhur yang telah membudidayakan hutan Wonosadi sebagai upaya menjaga ketersediaan air di sekitar hutan," kata Ketua Panitia Upacara Nyadranan Hutan Wonosadi, Wardi Sutrisno di Wonosari.       Dia mengatakan  upacara 'nyadranan' dilaksanakan pada  Senin Legi atau Kamis Legi setelah musim panen secara turun temurun sesuai tradisi pendahulu yang pada dua hari tersebut leluhur atau nenek moyang  Ki Honggoloto melakukan pertemuan di puncak gunung hutan Wonosadi untuk mengajari warga tentang ilmu kebatinan, ilmu ekonomi dan ilmu keluhuran budi.       Upacara nyadranan dilakukan di tiga lokasi sekitar hutan Wonosadi, yakni Sendang Karangtengah, Sendang Kali Endek  secara berurutan dan terkhir dilakukan upacara di Puncak Gunung Hutan Wonosadi.       Kegiatan nyadranan dilalui dengan prosesi kenduri yang diikuti oleh masyarakat sekitar dan masyarat luar daerah yang memiliki hajad tertentu atau yang telah tercapai tujuan dalam hidupnya.       Bagi warga  yang memiliki hajad dalam mengikuti upacara diwajibkan membawa makanan ’Panggang Tumpeng’ dan wadah  ’tenong’ , sedangkan untuk warga sekitar yang mengikuti tradisi upacara nyadaranan tetapi tanpa menyertakan hajadnya cukup dengan membawa ’tenong’.        ’Panggang Tumpeng’  berupa  ayam jantan panggang , ’tenong’ yang berisi pisang raja setangkep (dua lapis) dan abon-abon (gantal, kemenyan, kembang wangi), dan tenong (berisi nasi tumpeng dll seperti peserta kenduri umum)       Sedangkan ’tenong’ berisi tumpeng nasi putih, arak-arakan atau hasil panenan komplit, polo kependem atau hasil bumi, takir tempat jenang bakalan (takir kelapa mentah, takir gula merah, takir beras), gecok (takir isi jeroan ayam belum dimasak), jadah tumpak (jadah yang disusun bertumpuk dengan lapisan atas diberi gula dan parutan kelapa) dan wajik, kata Wardi.       Sementara itu  sesepuh penerus pelestari hutan Wonosadi, Sudiyo (57), mengatakan tujuan dari upacara nyadranan ini dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan sumber mata air dengan menjaga kelestarian hutan Wonosadi sehingga warga setempat terhindar dari kekerangan air bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com