Penyerangan yang dilakukan anggota Batalyon 141 Aneka Yudha Jaya Prakosa itu dipicu perselisihan soal tarif parkir. Dalam insiden ini delapan orang—2 polisi, 1 anggota TNI AD, dan 5 warga sipil—mengalami luka-
Dua anggota polisi yang luka adalah Inspektur Dua Reza A (memar wajah) dan Brigadir Kepala Dedy Halim (memar dan lecet lutut kiri), sedangkan dari TNI AD adalah Pratu Jaka S (luka tusuk di belakang telinga).
Lima warga sipil yang luka ialah Edi Rison (luka di pelipis kiri), Indra Jaya (luka robek kepala), Ahmad Siregar (memar wajah), Hendrik (luka di pelipis dan hidung), serta Dimas (pendarahan hidung dan mata kiri).
Fasilitas milik polisi yang dirusak dalam penyerangan itu antara lain 15 mobil operasional (termasuk kendaraan dinas Kepala Polres Muara Enim), sekitar 20 sepeda motor, dan sejumlah televisi, komputer, serta alat penyejuk ruangan. Mayoritas kaca di ketiga tempat yang diserang pun hancur berantakan.
Kemarin Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Hasyim Irianto dan Panglima Kodam Sriwijaya Mayor Jenderal M Sochib mengadakan pertemuan empat mata di Muara Enim untuk mencari solusi terbaik.
Panglima melalui Kepala Penerangan Kodam Sriwijaya Letnan Kolonel M Noor menyayangkan terjadinya kerusuhan ini.
Hal senada dikemukakan Kapolda Sumsel. ”Saya dan Pangdam sudah sepakat akan mendinginkan suasana. Kami berdua sangat menyayangkan ini bisa terjadi, apalagi ternyata akar masalahnya sangat sepele,” kata Hasyim.
Perselisihan tersebut, menurut Noor, berawal dari konflik antara Prajurit Dua Fredy Sastriawan (anggota TNI 141/AYJP) dan Zulpa (42), penjaga parkir di Gelanggang Olahraga Muara Enim.