Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Guntoro Mandirikan Petani

Kompas.com - 30/06/2010, 11:29 WIB

Oleh Benny Dwi Koestanto

Berawal dari tekad mencegah kepunahan kambing gembrong (termasuk ”Capra aegragrus”), Suprio Guntoro berhasil membuka cakrawala tentang metode peternakan dan pertanian yang lestari. Hasil penelitiannya tentang probiotik hewan ruminansia atau memamah biak telah memberdayakan sekaligus menjadi tumpuan ribuan peternak dan petani di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.

Bali menyajikan fenomena subtil sekaligus ironis. Di satu sisi pariwisata diagungkan meski secara fisik mengorbankan sebagian alamnya. Lahan subur pertanian disesaki hotel dan vila. Kaum muda tenggelam dalam bisnis pariwisata, meninggalkan pertanian.

Di sisi lain muncul pribadi dan kelompok yang percaya pertanian lestari adalah sumber dan daya hidup yang sesungguhnya menunjang pariwisata, selain religi dan budayanya. Dalam kerangka itulah Guntoro, panggilannya, memberi warna.

Di Kecamatan Busung Biu, Buleleng, gerakan pertanian integratif atau organik menjadi penegas fenomena itu. Ribuan hektar kebun kopi tumbuh subur dengan hasil melimpah, bersamaan dengan hasil ternak berbagai jenis kambing dan turunannya, seperti susu, keripik susu, hingga produk wine salak bali. Sarjana atau warga setempat yang mengadu nasib ke Denpasar sebagai tukang kebun hotel mewah pun kembali ke kampung. Mereka ikut mengembangkan pertanian di desa.

”Waktu harga kopi jatuh, tanaman kopi sempat akan diganti tanaman semusim. Itu jelas berbahaya dari sisi lingkungan karena kecamatan itu di dataran tinggi yang rawan longsor. Kami lalu kenalkan mereka dengan peternakan kambing yang pakannya antara lain dari kebun kopi,” katanya.

Pengembangan pertanian integratif di Busung Biu bisa pesat karena sentuhan teknologi yang dimotori Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali lewat program Prima Tani. Di lembaga itulah Guntoro menjadi penelitinya.

Di Busung Biu, BPTP antara lain menciptakan mesin pengupas kulit kopi dan kacang, membantu proses pembuatan pupuk cair dari kencing sapi dan kambing, serta cairan probiotik yang dicampur pakan aneka hewan ruminansia sehingga bobot tubuh hewan naik optimal.

Ketika berhasil diterapkan, daerah binaan diperluas. Di Busung Biu, misalnya, ada lima desa dengan puluhan kelompok petani yang menerapkan pertanian integratif. BPTP Bali sekaligus memfasilitasi petani dan kelompok petani daerah lain di Indonesia untuk belajar sistem pertanian ini di Busung Biu.

Gerakan itu menyebar ke beberapa daerah lain di Bali, seperti Sukasada dan Gerokgak di Kabupaten Buleleng, Pupuan (Tabanan), Petang (Badung), Kintamani dan Susut (Bangli), serta Rendang (Karangasem), dengan cakupan areal ribuan hektar.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com