Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Guntoro Mandirikan Petani

Kompas.com - 30/06/2010, 11:29 WIB
Probiotik itu mempercepat pertumbuhan, menjaga kesehatan, dan menghilangkan bau kotoran ternak.

Ujung timur Bali

Penelitian Guntoro perihal probiotik ruminansia bermula dari pengalamannya di ujung timur Bali, Kabupaten Karangasem. Ia menyurvei desa-desa di Kabupaten Karangasem, habitat asli kambing gembrong, pada 1998. Hasilnya, kambing gembrong tinggal 64 ekor. Ini memprihatinkan. Kambing gembrong harus diselamatkan.

Dengan dana bantuan Yayasan Kehati, BPTP mengembangbiakkan 25 ekor di antaranya dengan sistem gaduh di kalangan petani- nelayan. ”Program itu kurang berhasil, terbentur kondisi perekonomian warga yang rata-rata petani-nelayan. Sejumlah kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup warga,” ujarnya.

Guntoro melihat kambing itu cenderung kurus karena kurang pakan. Hampir tak mungkin memberi makan kambing dengan konsentrat yang dibeli di pasaran. Ia lalu berpikir untuk menghasilkan konsentrat buatan sendiri dengan probiotik hewan ruminansia.

Probiotik itu diisolasi dari rumen (lambung depan) sapi bali. Eksperimen dimulai tahun 2001 dan disempurnakan pada 2004. Selain menggunakan laboratorium di BPTP Bali, ia pun memakai Laboratorium Universitas Udayana sebagai tempat penelitian.

Salah satu hasil penelitian Guntoro yang sudah memperoleh hak paten Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah proses pembuatan tepung sampah dan komposisi pakan untuk menggemukkan ternak ruminansia.

Bersama lima rekan di BPTP Bali, penelitian Guntoro perihal instalasi biogas, biourine, dan biokultur masuk dalam buku 100 Inovasi Badan Litbang Pertanian 2008. Penelitian itu menjelaskan proses pengolahan aneka limbah ternak, seperti urine ternak yang diolah untuk pupuk, gas untuk memasak dan penerangan, dan sludge (limbah biogas) berbentuk pasta menjadi biokultur.

Ia juga mengembangkan teknologi produksi trichoderma (sejenis jamur tanah) cair. Fermentasi trichoderma digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak, dan pengendalian penyakit (biopestisida), terutama pada tanaman perkebunan seperti mete dan kakao.

Hasil penelitian Guntoro lainnya, cairan probiotik Bio-CAS. Bio-CAS merupakan singkatan dari bio curcumae alicin scordinin. Probiotik itu mempercepat pertumbuhan, menjaga kesehatan, dan menghilangkan bau kotoran ternak. Cairan ini juga meningkatkan bobot lahir anak sapi pada sapi betina bunting.

Umumnya bobot sapi bali lahir sekitar 16 kilogram. Dengan konsumsi Bio-CAS, bobotnya naik menjadi 18-19 kg. Probiotik digunakan sedikitnya oleh 1.500 peternak sapi di Jember (Jawa Timur), Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Bagi Guntoro, pengalaman dengan kambing gembrong itu amat membekas. Ia jadi tahu ternyata uang peternak habis untuk pakan. Maka pilihannya berujung pada dua cara: membuat pakan murah atau mengefisienkan penggunaan pakan. Di Bali, bahan pakan terbatas, demikian pula pabriknya. Maka, efisiensi pakan menjadi pilihan. Ia lalu mengoptimalisasi mikroba di pencernaan hewan ruminansia untuk membuat aneka asupan pakan ternak.

”Saya melakukan ini karena prihatin pada praktik kapitalisasi pertanian. Sebaiknya peneliti tak hanya kaya metodologi, tapi juga ideologi. Bagaimana kekuatan peneliti melawan kapitalisasi pertanian, demi rakyat kecil. Teknologi adalah alat tawar agar kita tidak terkapitalisasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com