Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yayah Jatuh Cinta karena Kartun

Kompas.com - 28/06/2010, 14:41 WIB

MAKASSAR, KOMPAS.com - Keterpikatan Yayah Sugihat (61) kepada Kompas bermula dari kartun yang ditampilkan pada edisi Minggu. Kritik sosial melalui kisah Panji Koming, Timun, dan Konpopilan itulah yang pertama kali dibaca Yayah saat remaja.

”Kartun di Kompas merupakan sindiran cerdas. Saya mendapatkan informasi aktual yang menghibur,” tutur perempuan yang saat ini menjadi Kepala Sekolah SMK Telkom Sandhy Putera I Makassar, Sulawesi Selatan, di ruang kerjanya, Rabu (9/6).

Yayah mengenal Kompas dari almarhum kedua orangtuanya, Sutadi dan Etty, yang berlangganan sejak tahun 1965. Beragam informasi yang disajikan membuat Yayah yang kala itu duduk di bangku SMA menyukai Kompas. ”Waktu itu Kompas seperti membuka wawasan saya mengenai berbagai hal baru,” ungkap ibu dari tiga orang putra ini.

Saat diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1968, Yayah menyisihkan sebagian dari uang sakunya untuk berlangganan Kompas. Ulasan Kompas mengenai pertanian serta ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menjadi favoritnya ketika bekerja di Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) di Jakarta pada 1974.

Dua tahun kemudian, Yayah menikah dengan seorang pegawai PT Telkom, Anak Agung Gde Bagus (64), yang juga pembaca Kompas. Kegemaran membaca Kompas pun tetap terjaga meskipun Yayah harus mengikuti sang suami yang ditugaskan di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Bekal sebagai sarjana teknologi pangan mendorong Yayah menjadi guru sukarelawan di SMA Negeri Waingapu yang baru saja dibuka tahun 1976. Tinggal di tempat yang terpencil tak menyurutkan niat Yayah tetap berlangganan Kompas yang kala itu tiba dua hari sekali di Waingapu. ”Beberapa berita di Kompas saya butuhkan untuk memperkaya materi pengajaran,” kata Yayah.

Kebiasaan itu berlanjut ketika Yayah dipercaya mengajar di SMK Telkom Sandhy Putera II Makassar pada tahun 1995. Analisis dalam rubrik kesehatan dan pendidikan kadang kala menjadi salah satu acuannya dalam mengajar. Bahkan, koran Kompas langganannya selalu dibawa ke sekolah dan ditaruh di ruang tamu. ”Supaya semakin banyak orang yang mengenal Kompas,” ujar Yayah.

Kebiasaan membaca Kompas juga dikenalkan kepada tiga orang putranya.

”Apa yang sudah disajikan Kompas saat ini sudah bagus. Hanya saja, agar koran ini tidak dicap sebagai koran ’orang tua’, Kompas seyogianya menyediakan juga rubrik untuk remaja,” kata Yayah yang rutin mengikuti kegiatan Forum Pembaca Kompas ini. Selain itu, ia juga berharap Kompas tetap memanggungkan tokoh-tokoh inspiratif yang ada di Tanah Air. (RIZ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com