Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dialog Antaragama Perlu Aplikasi Nyata

Kompas.com - 28/06/2010, 03:19 WIB

Jakarta, Kompas - Usaha untuk menumbuhkan kerja sama antarumat beragama tidak cukup hanya dilakukan melalui dialog antaragama yang dilakukan oleh para pemimpin agama. Kesepahaman dan toleransi di antara umat beragama itu justru perlu dibangun melalui upaya-upaya nyata di dalam komunitas, khususnya pada keluarga dan generasi muda.

Hal itu diungkapkan Ketua Indonesia Conference on Religion and Peace Siti Musdah Mulia di Jakarta, pekan lalu. ”Perdamaian harus didorong bersama-sama, tak bisa dilakukan sendiri-sendiri,” katanya.

Keluarga adalah institusi penting untuk menumbuhkan budaya toleransi. Tanpa adanya pemahaman toleransi dalam keluarga, sulit untuk mendorong terciptanya komunitas yang didasari atas pengakuan terhadap pluralitas dan saling penghormatan atas keragaman yang ada, termasuk dalam agama. ”Tujuan akhir dari semua ajaran agama adalah memanusiakan manusia,” ujarnya.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Maidir Harun menambahkan, dalam tataran norma, semua agama mengajarkan perdamaian. Permasalahan muncul ketika ajaran agama tersebut diimplementasikan oleh penganutnya dalam hidup keseharian.

Kuatnya kepentingan politik, ekonomi, dan sosial di antara umat beragama membuat ajaran agama dimanipulasi. Kondisi itulah yang membuat perdamaian terganggu.

Anggota Dewan Penasihat Komite Pelaksana Festival Perdamaian Global Shinta Nuriah Wahid mengingatkan indahnya pluralisme. Semua unsur dalam kelompok bebas dan berhak ada dalam komunitas. Setiap unsur pembentuk komunitas itu tetap mendapat kesempatan untuk tampil dengan identitas dirinya tanpa menutupi identitas kelompok yang lain.

Untuk terus mengingatkan akan realitas masyarakat yang plural, mendorong tumbuhnya dialog antaragama, memperkuat sikap saling pemahaman dan toleransi melalui keluarga, dan membangun budaya melayani pada anak muda, Yayasan Global Peace Festival dan PBNU akan menyelenggarakan Festival Perdamaian Global di Jakarta pada Oktober nanti.

Selain di Jakarta yang mewakili kawasan Asia Pasifik, selama tahun 2010 ini acara serupa juga akan dilaksanakan di Kathmandu, Nepal, yang mewakili kawasan Asia Selatan dan Asia Timur; Nairobi, Kenya, yang mewakili kawasan Afrika; dan Asuncion, Paraguay, yang mewakili kawasan Amerika.

Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Imdadun Rahmat mengatakan, festival itu tidak untuk merayakan perdamaian dunia, tetapi mengingatkan untuk terus memperjuangkan perdamaian dunia. Seruan itu dapat dilakukan dengan terus mengampanyekan sikap antiperang, antiterorisme, dan antikekerasan.

”Perdamaian dunia tidak akan terwujud tanpa adanya relasi antarnegara yang berkeadilan. Karena itu, perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, dominasi, kolonialisme modern, dan pelanggaran hak asasi manusia harus terus dilakukan,” ujarnya. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com