Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Lagi Ritual Mengayun Pengantin

Kompas.com - 20/06/2010, 10:56 WIB

KOMPAS.com - Arus modernisasi menggerus budaya Suku Anak Dalam (SAD) Batin Sembilan, yang sudah mendiami Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah sebelum abad ke-10. Prosesi pernikahanpun dipangkas, lantaran dianggap sudah tidak relevan dengan zaman. Beruntung, Abunjani, Ketua Kelompok SAD Batin Sembilan mengenalkan kembali tahapan-tahapan yang sempat hilang 40 tahun saat pernikahan putrinya.

Wajah putri Abunjani, Irma Firmawati dengan lelaki pujaannya, Saiful Anwar, ceria dan tak henti-henti menebar senyuman kepada tamu yang menghadiri pernikahan mereka, di Desa Kilangan, Bajubang, Batanghari, Minggu lalu. Pernikahan mereka memang terasa istimewa karena dihadiri datuk sembilan anak sungai yang merupakan simbol dari SAD Batin Sembilan.

Kebahagiaan pasangan itu makin komplet lantaran Datuk Depati Ardian Faisal, raja di kalangan SAD Batin Sembilan juga hadir. Selain dihadiri tokoh-tokoh penting SAD, prosesi pernikahan Irma Firmawati dengan Saiful Anwar, ternyata menampilkan ritual penting, mengayun penganten, yang hilang sejak 1970.

Prosesi itu bermula saat mempelai pria menjemput perempuan idamannya dari dalam kamar yang didampingi oleh datuk dan tua tengganai. Penjemputan itu merupakan bentuk restu dari orangtua perempuan yang mengizinkan putrinya hidup bersatu dengan pria idamannya.

Perlahan, mereka berjalan beriringan menuju ayunan yang terletak di luar rumah. Di belakang mereka berjalan orangtua dan wali kedua mempelai, dan mengarahkan jalan bagi anak-anak mereka. Setibanya di tempat ayunan, keduanya diminta untuk duduk di atas ayunan kayu yang dilapisi kain berwarna cokelat.

Kedua ujung kayu sepanjangnya sekitar 1,5 meter dengan lebar sekitar 20 sentimeter itu dipegang oleh dua orang yang telah ditugaskan, agar pengantin tidak akan jatuh saat duduk di atasnya. Perlahan pengantin pria dan wanita duduk di atas ayunan secara bersamaan, dan ujung ayunan tidak dipegangi lagi. Supaya tidak jatuh, justru kedua pengantin yang dipegangi. Kedua pengantin tersebut diayunkan sembilan kali.

"Ayunan yang hanya diikat dengan seutas tali itu sebagai simbol dari timbangan, supaya mereka bisa membuat keputusan yang adil dan bijaksana dalam kehidupan keluarganya, sehingga mereka menjadi keluarga yang rukun dan bahagia selamanya," tutur Abunjani.

Katanya, prosesi mengayun penganten itu terakhir dilaksanakan pada 1970, saat pernikahan bibi Abunjani. Setelah itu, tradisi yang menjadi ciri khas SAD Batin Sembilan dari pernikahan masyarakat Melayu Jambi, seolah lenyap ditelan arus modernisasi. Masyarakat SAD

Batin Sembilan mulai meninggalkan prosesi dan tahapan yang dianggap terlalu merepotkan. Padahal prosesi ini sangat berharga dalam kehidupan SAD, karena ini sebuah petuah dalam kehidupan," ucapnya.

Dalam prosesi mengayun penganten itu, Abunjani memberi petuah kepada anak dan menantunya. Ia berharap mereka bisa berlaku adil, dan tidak mementingkan diri sendiri.

Kalau hanya satu yang duduk di ayunan itu, maka ia akan jatuh. Kalian bisa berayun di sana karena duduk berdua sekaligus, di sebelah kanan dan kiri. Inilah yang harus kalian lakukan dalam berumahtangga," katanya.

Ia juga mengharapkan pernikahan yang dilaksanakan itu menjadi yang pertama dan terakhir. Datuk Depati Ardian Faisal yang juga memberikan nasihat sebelum menyuapi kedua mempelai, mengingatkan mereka tetap ingat ketika berayun di ayunan tersebut. Buatlah keputusan-keputusan yang memberikan rasa adil dalam keluargamu," pesannya. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com