Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendrik, Maestro Musik Bambu

Kompas.com - 15/06/2010, 09:22 WIB

A PONCO ANGGORO dan NASRULLAH NARA

Dari bambu, Hendrik Julieus Mantiri menciptakan suara-suara indah, yang lalu membawa namanya dikenal sampai ke luar negeri. Bambu yang dijadikannya alat musik itu telah menghasilkan berbagai penghargaan untuknya.

Halaman sekaligus garasi rumahnya di Desa Lemoh, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara, sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Manado, seakan menjadi saksi bisu keberhasilan Hendrik.

Bambu yang telah disulapnya menjadi berbagai macam alat musik bambu terlihat di setiap sisi garasi. Mulai alat musik berbentuk sederhana, seperti suling, hingga yang rumit, semisal saksofon, klarinet, dan cello.

Di dekat pintu masuk rumah, penghargaan yang diraihnya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2009) dan Kementerian Budaya dan Pariwisata (2008) terpampang. Ia mendapat penghargaan sebagai maestro seni tradisi dan maestro musik tradisional bambu.

Di garasi seluas sekitar 100 meter persegi itu, mulai tahun 1975 Hendrik mematangkan tekad menjadi pemusik dengan alat musik bambu sekaligus membuat sendiri alat-alat musiknya.

Cintanya pada bambu muncul sejak ia duduk di sekolah dasar. Saat itu, anak dari Lambertus Mantiri dan Hermina Sualang ini terkesan pada alat musik bambu di sekolahnya di Desa Boroko, Kecamatan Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Ketika pembuat alat musik bambu itu meninggal, dan ”mewariskan” sejumlah alat musik bambu rusak, Hendrik kecil berusaha membuat alat musik bambu sejenis.

”Setiap pulang sekolah saya cari bambu, melubanginya, dan membentuk nada yang sama dengan alat musik bambu di sekolah,” ceritanya. Setelah berulang kali gagal, dia akhirnya menemukan ”rumusnya”, dan berhasil membuat satu alat musik bambu.

”Sehari lima alat musik bambu saya buat, mulai yang mengeluarkan nada rendah sampai tinggi,” katanya, tentang alat musik sederhana berbentuk batang bambu yang dipotong dan dilubangi di beberapa sisinya. Setelah mahir, dia bersama teman-teman membuat kelompok musik. Lagu-lagu daerah Minahasa mereka mainkan pada saat berkumpul, dan kala bersama warga desa lain.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com