Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelson, Penjaga Naskah Batak

Kompas.com - 11/06/2010, 19:48 WIB

Prestise

Bagi orang Batak, memiliki pustaha atau naskah Batak ini sebuah prestise. Kebanggaan itu bisa dipahami karena secara sederhana, orang Batak terklasifikasi dalam dua status besar, yaitu hatoban alias orang yang berhamba atau terhukum dan anak ni raja atau orang terhormat.

”Tak mungkin hatoban bisa memelihara naskah Batak. Hanya mereka yang masuk kategori anak ni raja yang memilikinya,” kata Nelson.

Sayang, pengaruh orang Eropa—yang membawa agama Kristen ke Tanah Batak sekaligus membuat varian baru aksara Batak— mengakibatkan variasi asli aksara ini tak banyak dipahami.

Nelson menceritakan, suatu ketika bersama Kozok dia datang ke sebuah desa di dekat kota Nopan, Kabupaten Mandailing Natal. Di sini seorang kepala desa punya naskah Batak. Menurut pemiliknya, naskah itu berisi cerita tentang kerajaan nenek moyangnya. Oleh karena Nelson dan Uli Kozok meneliti, Mereka diizinkan melihat dan menerjemahkannya.

”Tiga hari tiga malam kami menginap di rumah pemilik naskah itu. Namun, saat selesai menerjemahkan, kami menjadi tak enak sendiri karena isinya tak nyambung dengan silsilah keluarga pemilik naskah. Bahkan, menceritakan silsilah marga lain yang jauh sekali asalnya dari tempat tersebut,” katanya.

Menjadi murid, asisten, dan rekan peneliti Kozok membuat Nelson belajar tentang naskah Batak. Atas kebaikan Kozok, ia mendapatkan duplikat naskah Batak asli yang disimpan di berbagai museum Eropa. Kozok memfoto naskah-naskah itu, lalu mengirimkannya kepada Nelson.

Nelson yang mentransliterasi, mentranskripsi, dan menerjemahkannya. Transkripsi ini berupa pencatatan kata per kata karena dalam naskah Batak, semua ditulis tersambung. ”Pekerjaan memisahkan kata per kata ini paling rumit karena salah-salah bisa membuat maknanya berbeda,” katanya.

Kearifan lokal

Pengetahuannya tentang aksara dan naskah Batak membuat Nelson memberanikan diri menawarkan penerjemahan naskah Batak yang disimpan di Eropa kepada Perpustakaan Daerah Sumut. Ia telah menerjemahkan dua laklak, lima naskah tulang, dan tujuh naskah bambu. Semuanya koleksi naskah dari Eropa.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com