Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wuri Mendobrak Diskriminasi

Kompas.com - 04/06/2010, 17:54 WIB

Oleh Nina Susilo

KOMPAS.com- Perlakuan tak adil yang dialami orang dengan keterbatasan fisik sering terjadi. Padahal, keterbatasan fisik tak mengurangi kecerdasan dan kapasitas seseorang.

Untuk memprotes diskriminasi dan memperjuangkan hak kaum marjinal itu, Wuri Handayani bergerak. Dia mulai dikenal saat Pemerintah Kota Surabaya menolak pendaftarannya sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS), akhir 2004.

Pemkot Surabaya menginterpretasikan syarat sehat jasmani dan rohani sebagai tidak cacat. Maka, Wuri yang berkursi roda dianggap tak memenuhi syarat.

Gugatan dilayangkan kepada Pemkot Surabaya lewat Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya, Februari 2005. Setelah tiga bulan, PTUN Surabaya memutuskan interpretasi itu salah dan mengabulkan gugatan Wuri.

Tak bisa menerima putusan itu, Pemkot Surabaya naik banding. Putusan PTTUN Jawa Timur, sekitar September 2005, menguatkan putusan sebelumnya. Pemkot Surabaya pun kasasi. Mahkamah Agung (MA) menerbitkan putusan pada Desember 2009. Putusan PTUN Surabaya dan PTTUN Jatim kembali dikuatkan. Wuri menang sekaligus kalah.

MA memenangkan gugatan Wuri. Namun, akibat putusan yang terulur empat tahun, ia tak bisa ikut proses perekrutan CPNS tahun 2010, batas usia mengganjalnya.

Bagaimanapun, putusan MA persis saat ulang tahun ke-37 Wuri, 8 Desember 2009, setidaknya menjadi yurisprudensi kasus diskriminasi terhadap para difabel. ”Kalau hanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai PNS secara pribadi, saya akan terima tawaran Pemkot Surabaya saat kasus ini ramai. Perlakuan diskriminasi itu struktural dan seperti puncak gunung es masih banyak kejadian lain,” kata anak ke-7 dari 8 bersaudara yang sejak kecil terbiasa mandiri itu.

Advokasi hak

Sejak kehilangan kemampuan berjalan akibat jatuh dari jurang dalam kegiatan pencinta alam pada 1993, Wuri mengalami perlakuan berbeda. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) mendorongnya pindah jurusan. Tetapi, teman-temannya mendukung dia terus melanjutkan kuliah. Akhirnya, ia pindah ke Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unair pada 1994.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com