Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendra Arbie Mempromosikan Sumatera

Kompas.com - 04/06/2010, 16:58 WIB

Oleh KHAERUDIN

KOMPAS.com- Melestarikan bangunan tua di Kota Medan, terutama di kawasan Jalan Hindu, bagi Hendra Arbie (46) tak sebatas mimpi. Sejak tahun 1998, ia bersama teman-teman yang peduli kelestarian bangunan bersejarah di Medan mendirikan Badan Warisan Sumatera atau BWS.

Awalnya, BWS ingin menggugah kesadaran warga Medan akan pentingnya peninggalan masa lalu. Terlebih bagi artefak budaya berupa bangunan-bangunan tua yang sarat gaya arsitektur kolonial.

Belakangan, BWS menjadi semacam gerakan moral warga Medan menentang penghancuran gedung bersejarah. Hampir semua bangunan yang berdiri sejak akhir abad ke-19 itu dibiarkan tak terawat. Lebih memprihatinkan karena sebagian besar bangunan itu milik Pemerintah Kota Medan.

Hendra sendiri sejak masih kecil memang diajari orangtuanya, Haji Muhammad Arbie, untuk menghargai bangunan tua. Tak mengherankan kalau kemudian Hendra, Ketua Dewan Pendiri BWS, ikut merintis pemetaan bangunan yang masuk kategori warisan budaya, bekerja sama dengan Universitas Tokyo.

Kegiatan itu menjadi ”tamparan” bagi Pemkot Medan. Jika data BWS dan Universitas Tokyo menyebut 600 bangunan bersejarah di Medan yang perlu dilindungi, peraturan daerah hanya mencatat sekitar 20 bangunan.

Upaya Hendra bersama BWS melestarikan bangunan bersejarah di Medan membawa hasil. Mereka mendapat penghargaan dari UNESCO atas upaya pelestarian Jembatan Kebajikan. Jembatan itu melambangkan kebersamaan multietnis warga Medan.

”Pilarnya menggambarkan kebersamaan masyarakat China, India, Melayu, dan Arab dalam membangun Medan, meskipun jembatan itu dibangun oleh orang China,” kata Hendra.

Lewat BWS, yang beranggotakan puluhan orang, Hendra pun giat mengampanyekan revisi perda perlindungan cagar budaya. Tujuannya, jangan cuma 20 situs yang dilindungi, tetapi lebih dari 600, sesuai hasil pemetaan.

Lelaki keturunan perantau Minang ini tak rela jika artefak budaya Medan dihancurkan demi pembangunan kota yang tak manusiawi. Dalam setiap penghancuran gedung, banyak sejarah kota hilang.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com