Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karinding, Seni Bunyi Penakluk Hati

Kompas.com - 04/06/2010, 14:03 WIB

Karinding adalah alat musik tradisional Sunda yang terbilang unik. Bentuknya sederhana, terbuat dari pelepah pohon enau kering atau sebilah bambu berukuran 10 cm x 2 cm. Getar nada yang memikat sangat bergantung pada kemampuan mengolah rasa. Pada zaman dulu, getar nada karinding digunakan sebagai pemikat hati.

Kepekaan rasa memang diperlukan ketika memainkan instrumen ini. Karinding tidak memiliki nada-nada yang permanen. Tinggi rendah nada ditentukan oleh kemampuan mengolah gema getaran suara di dalam rongga mulut.

Instrumen ini terdiri atas tiga ruas. Efek getaran muncul dari ruas bagian tengah yang dipotong. Untuk membunyikannya, instrumen ini didekatkan di mulut, lalu dipukul salah satu ujungnya dengan jari tangan. Pukulan jari pada bilah lentur akan menghasilkan vibrasi suara.

Vibrasi ini akan tertampung di dalam rongga mulut yang berfungsi semacam resonator atau wadah gema. Bentukan rongga mulut akan mengatur vibrasi menjadi nada yang diinginkan. Nada ini bisa dibuat lebih nyaring dengan bantuan tabung suara dari bambu.

Ada dua macam karinding, yakni karinding lanang dan karinding wadon. Karinding lanang yang terbuat dari pelepah pohon "kawung" (enau) bersuara lebih nyaring. Karinding ini biasa dimainkan laki-laki.

Karinding wadon terbuat dari sebilah bambu dan menghasilkan suara sebaliknya. Selain sebagai instrumen musik, karinding ini juga biasa dipakai sebagai tusuk konde. 

Suara serangga

Karinding sudah dikenal dalam kehidupan masyarakat di Tatar Sunda sejak abad ke-15. Dalam bahasa Sunda, penyebutan karinding juga merujuk pada kakarindingan, sejenis serangga bersuara nyaring yang hidup di air sawah. Getaran suara yang dihasilkan instrumen karinding diimajinasikan mirip dengan suara serangga ini. Namun, perubahan iklim dan lingkungan membuat serangga ini punah.

Pada zaman dahulu karinding tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda. Instrumen ini selalu dibawa ke mana pun dan dimainkan untuk mengusir rasa bosan ketika di ladang. Selain sebagai hiburan, resonansi suara karinding juga dimanfaatkan sebagai pengusir hama.

Seni karinding juga dimaknai sebagai sarana komunikasi. Alat musik ini biasa dimainkan jajaka demi menaklukkan hati gadis pujaannya. Suara karinding menjadi daya tarik khas, tidak akan sama pada masing-masing jajaka karena tergantung pada struktur rongga mulut seseorang.

Saat ini seni karinding hanya dapat dijumpai di sejumlah daerah di Priangan, antara lain di Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya. Sejumlah seniman tradisi di wilayah itu masih setia mempertahankan seni karinding, antara lain Oyon Noraharjo dan Yoyo Yogasmana.

Upaya memopulerkan karinding di kalangan anak muda juga dilakukan kelompok Karinding Attack. Kelompok ini memadukan bunyi getar karinding dengan musik elektrik untuk mendapatkan kesan futuristik yang modern. (NDW/LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com