BOJONEGORO, KOMPAS.com - Sekitar 1.500 siswa dari 31 sekolah dasar dan taman kanak-kanak di Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (17/5/2010), terpaksa diliburkan, akibat luapan banjir Bengawan Solo yang menggenangi sekolah mereka.
"Dari data yang masuk, para siswa yang libur tersebut yang sekolahnya terendam air banjir Bengawan Solo," kata Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Akhyar, Senin.
Jumlah tersebut, katanya, belum termasuk jumlah siswa yang tidak masuk sekolah yang pemukiman dan akses jalan menuju sekolahnya, terendam air luapan Bengawan Solo.
Di antara sekolah yang meliburkan siswanya itu yakni SDN Mlaten I dan II di Desa Mlaten, Kecamatan Kapas. Selanjutnya, SDN Sudu 2 di Desa Sudu dan SDN Cengungklung di Desa Cengungklung, keduanya di Kecamatan Kalitidu, serta SDN Ngablak di Kecamatan Dander.
Di samping itu, lanjutnya, para siswa SDN yang libur terbanyak, lokasinya berada di sejumlah desa di Kecamatan Malo dengan jumlah 12 SDN. Sedangkan di Kecamatan Balen, sebanyak enam SDN dan di Kecamatan Trucuk, lima SDN.
Akhyar menyatakan, para siswa tersebut, sebenarnya tidak diliburkan, namun tetap diminta belajar sendiri di rumah. "Kalau penghitungan kasar jumlah siswanya ada kalau 1.500 siswa yang tidak masuk sekolah, akibat banjir," katanya.
Yang jelas, lanjutnya, dengan kondisi yang ada, tidak mungkin ruangan yang terendam air banjir dimanfaatkan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Diharapkan, setelah banjir surut para siswa tetap diminta kembali masuk sekolah untuk meneruskan kegiatan proses belajar mengajar.
Dia menjelaskan, di Bojonegoro, SDN yang dibangun di daerah rawan banjir Bengawan Solo, jumlahnya mencapai puluhan.
Hal itu, terjadi karena memang pemukiman warga di Bojonegoro, yang berada di daerah rawan genangan banjir, tergolong merata di kecamatan di Bojonegoro.
Dia menambahkan, selama ini para guru yang mengajar di daerah genangan banjir, sudah terbiasa untuk memberikan pelajaran ketertinggalan para siswanya yang tidak masuk sekolah akibat banjir.