Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lama Menangis, Otak Bayi Bisa Rusak?

Kompas.com - 23/04/2010, 11:12 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Pakar perkembangan anak di Inggris menyarankan para orangtua untuk tidak membiarkan bayi mereka menangis terlalu lama. Pasalnya, bayi yang menangis terlalu lama berisiko mengalami gangguan otak.

Klaim yang memunculkan perdebatan ini disampaikan Dr Penelope Leach dalam buku terbarunya The Essential First Year - What Babies Need Parents to Know. Dr Leach bilang, kajian riset terbaru membuktikan bahwa menangis dalam waktu lama dapat mengganggu pembentukan otak sehingga menimbulkan kesulitan bagi anak dalam belajar di masa hidupnya.

"Ini bukanlah sebuah opini, tetapi fakta bahwa membiarkan anak menangis itu berpotensi menimbulkan kerugian. Sekarang kami mengetahui mengapa hal itu berisiko," ujar pakar yang terkenal dengan bukunya pada 1970 berjudul Your Baby And Child: From Birth To Age Five.

Teori yang disodorkan Dr Leach memang bertolak belakang dengan keyakinan orangtua dan para ahli selama ini bahwa bayi boleh dibiarkan menangis selama 20 menit.  Beberapa pakar perkembangan lain, termasuk "Queen of Routine", Gina Ford—penulis buku The Contented Little Baby Book pada 1999—menyarankan para orangtua untuk menerapkan kebiasaan pada bayi mereka seperti membiarkan menangis hingga terbentuk pola tidur yang teratur.

Namun, Dr Leach mengatakan, bayi yang baru lahir belum memiliki kematangan secara mental untuk "belajar" tidur pada saat yang tepat.

"Bayi yang dibiarkan meronta dalam waktu yang cukup lama memang akan berhenti menangis, tetapi bukan karena ia telah belajar tidur sendiri dengan cara menyenangkan. Melainkan karena kelelahan dan putus asa mencari pertolongan," ungkap Dr Leach.

Lebih jauh Dr Leach menjelaskan bahwa menangis dapat memicu peningkatan produksi hormon stres, yakni kortisol. Dengan menangis dalam jangka waktu lama dan terjadi berulang kali, artinya kortisol yang diproduksi akan banyak sehingga dapat membahayakan otak. "Beberapa ahli saraf menggambarkan hal itu akan menjadi racun bagi otak," ujarnya.

Walau demikian, lanjut Dr Leach, fakta itu bukan berarti bahwa bayi tidak boleh menangis sama sekali, atau orangtua menjadi khawatir kalau anaknya menangis.

"Semua bayi menangis, lebih sering dibandingkan yang lainnya. Bukan berarti menangis adalah hal buruk bagi bayi, tetapi menangis yang tidak mendapatkan respons," paparnya.

Pendapat yang diungkap Dr Leach, yang juga dipublikasi sejumlah media massa Inggris, berbeda dengan hasil penelitian lain yang dipublikasikan bulan lalu. Penelitian tersebut digagas tim dari Murdoch Children's Research Institute, Australia.

Riset tersebut meneliti 225 bayi berusia enam bulan yang mendapatkan intervensi perilaku tidur. Hasil penelitian menunjukkan bayi dalam "kelompok kontrol"—atau mereka yang dibiarkan menangis dalam beberapa waktu tertentu—tidak mengalami dampak buruk baik secara emosional atau perkembangan perilakunya pada saat anak-anak.

Beberapa penelitian lain mengindikasikan bahwa 50 persen orangtua memiliki masalah dengan pola tidur anak-anaknya, dan sering kali akibat problem rumah tangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com