Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Melanggar Hak Anak?

Kompas.com - 10/04/2010, 22:59 WIB

KOMPAS.com - Kasus anak dan balita yang merokok, seperti SW di Malang, mulai terungkap. Kebiasaan dan perilaku baik atau buruk pada anak tak terlepas dari pembelajarannya kepada lingkungan sekitar, yang dipenuhi orang dewasa, termasuk orangtua.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, sempat menemui SW. Dari pertemuannya, pemerhati anak dan pendidikan yang akrab disapa Kak Seto mendapati, SW sama seperti karakter anak lainnya yakni meniru lingkungan.

"Saat diajak adu kekuatan, adu ponco, SW senang dan mengikuti dengan antusias. Dengan menciptakan lingkungan yang positif, anak akan mengembangkan dirinya. Anak meniru lingkungannya, termasuk ketika lingkungan di sekitarnya merokok atau berbicara kasar, dia akan mengikuti juga jika tidak didukung dengan komunikasi yang baik," papar Kak Seto dalam acara Metro Pagi yang ditayangkan Metro TV pada Sabtu (10/4/2010).

Ketika orang dewasa merokok atau bicara kasar di depan anak, telah terjadi kekerasan terhadap anak. Menurut Kak Seto, tindakan tersebut telah melanggar hak anak. Karena seharusnya anak mendapat lingkungan positif yang membantunya mengembangkan diri. Misalnya, dengan memberikan anak ruang untuk menggali kreativitasnya.

Perlu keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam membangun lingkungan yang baik untuk anak. Perlu dibangun persepsi positif tentang anak. Setidaknya dengan tidak memberikan label anak nakal.

"Tidak ada anak nakal di dunia. Anak itu kreatif dan penuh rasa ingin tahu. Anak sedang dalam prosesnya belajar melalui lingkungan dan contoh. Apabila anak merokok, dan mendapat dukungan, misalkan dengan memujinya saat bisa mengeluarkan asap berbentuk cincin, maka perilakunya akan terus meningkat," tegas Kak Seto.

Padahal, anak berhak mendapat perlindungan, termasuk dari asap rokok. Sebaiknya orangtua atau orang dewasa tidak merokok di depan anak. Karena, bila anak masih dalam tahap belajar, ia belum bisa menilai apakah perilaku yang dilihatnya baik atau buruk. Ada perilaku yang sebenarnya boleh dipilih untuk dilakukan atau tidak. Namun dengan keterbatasan pengetahuannya, perilaku buruk tetap ditiru. Padahal, anak tak sepenuhnya menyadari dampak buruknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com