Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTMH Kalimaron, Upaya Memerdekakan Warga

Kompas.com - 01/04/2010, 04:23 WIB

Oleh MARIA HARTININGSIH

Sungai-sungai kecil di pedesaan adalah sumber hidup. Selain untuk irigasi persawahan, kalau sungai itu meliuk turun pada kontur tanah yang curam, ia berpotensi menjadi sumber energi. Maria Hartiningsih

Airnya ditampung di bendungan kecil, lalu disalurkan melalui pipa besar ke bawah, sehingga menghasilkan kekuatan seperti air terjun yang kemudian menggerakkan turbin listrik.

Begitulah cara kerja pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Pembangkit listrik berskala kecil, antara 5 kWh sampai 100 kWh, itu merupakan praktik membumi untuk melistriki sekitar 13.900 atau 20,5 persen desa yang belum terlistriki di Indonesia (data tahun 2006). Selain itu, menahan bertimbunnya emisi karbon dioksida di atmosfer yang memperburuk efek rumah kaca, penyebab naiknya suhu muka bumi secara global.

Namun, hal terpenting dari upaya itu adalah memerdekakan warga dengan mengembalikan keberdayaannya secara ekonomi, maupun pengelolaan serta pemeliharaan sumber daya hutan dan air berkelanjutan. Itu terjadi dengan PLTMH di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

”Setelah listrik masuk, waktu menumbuk kertas jadi pendek,” ujar Jayanti (32) dari Dusun Sempur, satu dari empat dusun di Seloliman. Sejak tahun 1999, ibu satu anak ini mendirikan usaha Sempur Peduli Daur Ulang (Sempedu), berupa daur ulang kertas menjadi berbagai produk.

Begitu listrik masuk ke desa itu pada tahun 2001, proses daur ulang hanya butuh waktu satu hari, atau tiga hari lebih cepat daripada sebelumnya. Dengan membayar biaya listrik Rp 45.000-Rp 50.000 per bulan, emisi karbon dioksida dari proses produksi bisa diminimalisasi.

”Untuk merebus kertas menjadi bubur kertas hanya butuh 20 menit, tanpa kayu bakar,” jelas Jayanti. ”Merendam kertas hanya satu hari.”

Efisiensi waktu pemrosesan membuat meningkatnya jumlah produksi. ”Kalau dulu pesanan kertas 200 lembar satu minggu pun belum tentu jadi, sekarang hanya 1,5 sampai 2 hari,” sambung Jayanti.

Produksi kertas daur ulang itu mencapai sekitar 60 lembar kertas berukuran A4 untuk dijadikan bermacam-macam produk. Kalau panas matahari konstan selama sebulan, produksi melonjak sampai dua kali lipat. Harga satu lembarnya sekitar Rp 300.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com